Jumat, 30 Oktober 2015 Reporter: Septradi Setiawan Editor: Budhy Tristanto 4807
(Foto: Ilustrasi)
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat, gencar menggelar sosialisasi tentang bahaya dan penularan Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).
Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat, Dewi Satiasari mengatakan, dengan sosialisasi ini diharapkan masyarakat mengetahui gejala dan cara penularan virus HIV/AIDS, sehingga bisa menghindari perilaku negatif seperti penyalahgunaan narkoba dan seks bebas.
"Minimal masyarakat tahu gejala dan bagaimana cara penularan virus HIV, misalnya pemakaian jarum suntik secara bergantian serta rasio aktivitas seks dengan adanya infeksi genital yang dapat mengakibatkan luka atau lecet," kata Dewi, Jumat (30/10).
Dewi menambahkan, penderita HIV tidak bisa dipastikan melalui bentuk fisik sehari-hari. Bahkan, penderita cendrung terlihat sehat.
"Tes VCT (Voluntery Conseling and Testing) adalah satu-satunya cara untuk mendapat kepastian apakah dia seorang penderita atau bukan," jelas Dewi.
Dikatakan Dewi, gejala HIV atau window periode dapat terdeteksi dengan melihat adanya perubahan tubuh pada penderita. Misalnya, klinis I, gejala dapat dilihat dari pembengkakan kelenjar getah bening. Klinis II, gejala dapat dilihat dengan menurunya berat badan sebanyak 10 persen, gatal - gatal, infeksi jamur di kuku dan infeksi saluran nafas secara berulang.
"Lalu terakhir adalah gejala lebih berat dari klinis I, dan II. Rasanya yang terakhir itu yang paling mengkhawatirkan. Untuk mengobati rasa sakit biasanya diberikan anti retriviral," tandas Dewi.
Berdasarkan catatan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Jakarta Barat, selama periode Januari-Juni 2015 terdeteksi sebanyak 378 warga Jakarta Barat mengidap penyakit HIV/AIDS. Penderita terbanyak umumnya tinggal di kawasan padat penduduk seperti Kecamatan Tambora, Tamansari dan Cengkareng.