Rabu, 10 September 2014 Reporter: Budhi Firmansyah Surapati Editor: Lopi Kasim 4046
(Foto: doc)
Penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di ibu kota masih relatif tinggi. Di Jakarta Utara, hingga awal September sebanyak 915 orang terjangkit virus yang disebarkan nyamuk
aedes aegypty itu.Dari data yang dimiliki Sudin Kesehatan Jakarta Utara, penderita DBD hingga 1 September lalu mencapai 915 orang yang tersebar di beberapa kecamatan diantaranya, di Kecamatan Tanjung Priok, 247 orang, Penjaringan 161 orang, Cilincing 160 orang, Kelapa Gading 151 orang, Koja 126 orang, dan di Pademanagan 70 orang. Satu diantaranya, warga RT 13/03, Kelurahan Tuguselatan, Indah (10) dilaporkan meninggal dunia dengan gejala identik DBD di RSUD Koja. Saat ini masih dilakukan penyelidikan Epidemi (PE) di wilayah rumah korban.
Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, Bambang Suheri, mengatakan, pada 2013 lalu jumlah penderita DBD mencapai 1.433 orang dengan korban meninggal sebanyak 3 suspect. Sedangkan hingga September ini, pihaknya baru mendapati 1 laporan yang diduga sebagai suspect DBD.
"Kita mendapat laporan kemarin, korban meninggal di RSUD Koja. Saat ini tim kita sedang lakukan penyelidikan epidemi dengan radius 200 meter dari rumah korban," ujar Bambang, Rabu (10/9).
Keterangan pihak RSUD, korban meninggal dengan gejala identik menderita DBD. Sebelumnya, Indah mengalami panas tinggi dan demam. Lalu dibawa berobat ke Puskesmas di dekat rumahnya tapi tidak dirawat. Setelah dibawa pulang ke rumah oleh orangtuanya, 5 hari kemudian korban kembali mengalami panas tinggi dan demam.
"Mungkin karena dianggap demam biasa saja korban sempat dibawa pulang oleh orangtuanya. Lima hari kemudian dia mengalami panas tinggi dan dibawa ke RSUD, tapi belum sempat mendapat perawatan dia sudah meninggal," kata Bambang.
Dikatakan Bambang, apa yang terjadi pada Indah merupakan pelajaran bagi masyarakat agar waspada bila mengalami panas tinggi dan demam. Sebab bisa jadi itu merupakan gejala DBD. Biasanya, gejala DBD itu mencapai fase kritis pada hari ke 4,5, dan 6. Sedangkan pada hari 1, 2 dan 3 bisa jadi kondisi korban tidak terlalu mengkhawatirkan.
Oleh karena itu, sebagai antisipasi peningkatan penyebaran DBD pihaknya terus menggiatkan pemberantasan sarang nyamuk di lingkungan. Apalagi, menjelang akhir tahun ini, waktu paling krusial dalam melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
"Biasanya kasus DBD itu puncaknya pada bulan Februari, Maret, dan April. Makanya, sebelum bulan-bulan itu kita optimalkan PSN dengan pemeriksaan rutin jentik nyamuk dan fogging," tandasnya.