Rabu, 03 September 2014 Reporter: Folmer Editor: Agustian Anas 5445
(Foto: doc)
Cabang olahraga (cabor) panahan DKI Jakarta mengkhawatirkan. Pasalnya, 80 persen peralatan latihan yang digunakan atlet saat ini dalam kondisi rusak dan tidak memenuhi standar.
Ketua Harian Persatuan Cabang Olahraga Panahan KONI DKI Jakarta, Tom Pasaribu, mengakui banyak masalah yang dihadapi di cabang panahan. Hal ini dikarenakan sebagian besar peralatan yang dimiliki saat ini dalam kondisi rusak dan tidak memenuhi standar internasional.
"Hampir 80 persen peralatan latihan yang ada rusak sehingga dikhawatirkan membahayakan atlet," ujar Tom, Rabu (3/9).
Dia mengaku tidak bisa berbuat banyak untuk mengatasi masalah pengadaan alat tersebut. “Kami kan di KONI DKI memang tidak boleh melakukan pengadaan barang, kapasitas kami hanya membina atlet," katanya.
“Untuk memenuhi kebutuhan semua dikanibal. Hal itu tidak mempengaruhi kualitas atlet yang kami miliki. Buktinya, kami bisa mendapat satu medali emas dan dua perak pada kejuaraan panahan tingkat pelajar di Malaysia beberapa waktu lalu,” ujarnya.
Dia mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan atlet, setidaknya dibutuhkan 100 set panahan. Namun hal itu sulit direalisasikan karena harga satu set panahan mencapai Rp 30 juta.
“Kami juga tidak boleh melakukan pengadaan itu karena kewenangannya ada di Dinas Olahraga dan Pemuda DKI,” ungkapnya.Tom menegaskan, pengadaan alat panah tidak sama dengan cabang olahraga lain karena setiap set peralatan harus disesuaikan dengan postur tubuh atlet. “Kami berharap dibentuk tim pengadaan alat panahan ini. Kami sudah ajukan sejak 3 tahun lalu,” harapnya.
Tom menambahkan, cabang panahan DKI saat ini memiliki 100 orang yang masuk Pelatda dan 75 pelajar potensial. "Tiap atlet membutuhkan waktu paling cepat 1 tahun untuk adaptasi dengan busurnya yang sesuai postur tubuh mereka,” ungkapnya.