Kamis, 01 Oktober 2015 Reporter: Erna Martiyanti Editor: Lopi Kasim 1666
(Foto: Yopie Oscar)
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama mendorong agar pemotongan hewan kurban dilakukan di Rumah Pemotongan Hewan (RPH). Hal itu kembali disampaikan Basuki, lantaran ditemukan sapi yang terindikasi terkena antraks. Tujuannya untuk melindungi masyarakat dari penyakit yang bisa ditularkan dari hewan.
"Makanya orang tidak diizinkan lagi pemotongan hewan itu darahnya ke tanah. Sebaiknya di RPH, ini sudah ada buktinya seperti itu," kata Basuki, kepada Beritajakarta.com, di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (1/10).
Menurut Basuki, spora yang terkandung dalam darah hewan terjangkit antraks bisa hidup hingga 60 hari. Sehingga saat darah ditanam di tanah maka akan sangat berbahaya bagi warga. "Terus spora itu bisa sampai 60 hari hidup. Nah, kalau ada hewan dari luar (kota) nggak diawasi langsung potong kan bahaya," ucapnya.
Ke depan, tambah Basuki, Pemprov DKI Jakarta akan meningkatkan pengawasan terhadap peredaran hewan di Jakarta. Selain itu, dirinya juga meminta kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengawasan peredaran hewan. Jika ditemukan hewan dengan gejala penyakit antraks untuk segera melaporkan.
"Kalau dia mengandung antraks ada sapi atau hewan yang ada di situ langsung tertular lalu mati. Kalau mati dia tanam lagi nggak ngerti, nggak lapor. Kalau ada anak kecil main di tanah itu bisa tertular
. Makanya ke depan kalau mau potong kita awasi," ungkapnya.