Senin, 14 April 2014 Reporter: Rio Sandiputra Editor: Widodo Bogiarto 5515
(Foto: Rio Sandiputra)
Hari ini seluruh siswa kelas XII SMA dan SMK atau sederajat serentak mengikuti Ujian Nasional (UN). Tak terkecuali gelaran UN ini juga diikuti oleh siswa inklusi (keterbatasan fisik). Seluruh siswa mengaku telah mempersiapkan diri secara maksimal untuk menghadapinya.
Untuk siswa kebanyakan, mungkin untuk membaca dan mengerjakan soal-soal UN bisa dilakukan dengan mudah. Namun bagi siswa inklusi tidak mudah bisa memahami dan mengerjakan soal UN.
Seperti Oki Kurniawan (19), salah satu siswa inklusi di SMAN 66 Jakarta Jl Bango 3, Cilandak, Jakarta Selatan. Siswa tuna netra ini merasa kesulitan saat mengerjakan soal-soal mata pelajaran Bahasa Indonesia.
"
Kendalanya itu saat ada grafik, kan dibacakan jadi harus fokus benar-benar. Apalagi soal Bahasa Indonesia itu teksnya panjang, sering meminta untuk mengulang bacaannya ," ungkap Oki, Senin (14/4).Namun begitu, siswa kelas XII IPS-1 ini sangat optimis bisa mendapatkan nilai maksimal. Karena ia sudah mempersiapkan diri dengan belajar baik. "Baca-baca sudah, ya memperdalam materi dari kisi-kisi yang diberikan oleh guru. Ada laptop yang terdapat file audionya," tutur siswa yang ingin sekali melanjutkan jenjang ke Universitas Indonesia ini.
Dari pantauan beritajakarta.com, untuk proses UN siswa inklusi memang cukup kesulitan. Apalagi di mata pelajaran kedua yaitu geografi. Karena saat ada soal yang berkaitan dengan gambar, siswa hanya bisa membayangkan apa yang diceritakan oleh guru pendamping. Sebab siswa tidak memegang soal apapun yang bisa membantunya.
Kepala Sekolah SMAN 66 Jakarta, Suhari mengatakan, untuk siswa berkebutuhan khusus akan dibantu oleh dua orang guru. "Satu untuk membacakan soal, dan satu itu akan melingkari jawaban yang telah dipilih oleh siswa," ucapnya.
Kegiatan UN SMAN 66 Jakarta sendiri, untuk tahun ini secara keseluruhan diikuti oleh 259 siswa. Terbagi menjadi siswa jurusan IPA 154 siswa, siswa IPS 105 siswa. "Ini termasuk Oki Kurniawan, Karina Amagia, dan Ahmad Rizki yang berkebutuhan khusus. Untuk inklusi satu orang, satu kelas jadi dipisah karena kan takut suara pembacanya mengganggu," tandasnya.