Rabu, 02 Agustus 2023 Reporter: Aldi Geri Lumban Tobing Editor: Erikyanri Maulana 4404
(Foto: Istimewa)
Perumda Paljaya menyatakan kesiapan untuk menjadi operator Jakarta Sewerage System (JSS) Zona 1 yang menjadi Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Terpusat (SPALD-T) menggunakan jaringan perpipaan.
Direktur Utama Perumda Paljaya, Aris Supriyanto mengatakan, Perumda Paljaya memiliki pengalaman panjang dalam pengelolaan limbah di Jakarta, termasuk jaringan perpipaan yang sudah ada di Zona 0.
"Secara terintegrasi mestinya untuk Zona 1 ya Perumda Paljaya yang mengelola. Harus Perumda Paljaya agar tidak ada kontradiksi dari sisi layanan, standarisasi, bahkan hingga tarif," ujarnya, Rabu (2/8).
Aris menjelaskan, pada tahap awal pengoperasian Zona 1 nantinya masih akan memerlukan dukungan pendanaan karena untuk koneksi jaringan limbah dari rumah atau gedung itu juga pasti memerlukan waktu.
"Untuk connecting dari konsumen ke jaringan dan Instalasi Pengolahan Air Limbah atau IPAL yang disiapkan di Zona 1 ini juga membutuhkan biaya tentunya," terang Aris.
Menurutnya, untuk sasaran antara saat koneksi jaringan perpipaan ke pelanggan selama belum bisa direalisasikan maka nantinya bisa dilakukan sodetan dari saluran eksisting.
"Masalah pencemarannya bisa kita minimalisir. Tapi, tentu kita belum bisa mengenakan tarif kalau itu belum ada koneksi langsung ke pelanggan. Sementara, biaya operasional pengolahan limbah harus dikeluarkan, ini yang perlu solusi," ungkapnya.
Senada dengan Aris, Ketua Dewan Pengawas Perumda Paljaya, Hidayat Sigit Suryanto menuturkan, pengelolaan air limbah oleh pihak yang belum diyakini kapabilitasnya dapat munculkan potensi pengelolaan oleh swasta sebagaimana pernah terjadi di PAM Jaya.
"Ini menjadi investasi pemerintah untuk sanitasi sehat, jangan sampai swasta yang kelola. Kalau dikelola Paljaya jelas nanti akan menjadi penyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui dividen perusahaan," ucapnya.
Ia menambahkan, Perumda Paljaya hingga saat ini menjadi operator terbesar yang menangani air limbah dengan segala kompleksitasnya. Perumda Paljaya, sudah menangani layanan air limbah baik jaringan maupun IPAL terpusat sejak tahun 1991 dan mengembangkan Zona 0 mulai dari desain, pembangunan hingga operasional.
Saat ini Perumda PAL menjadi pemilik IPAL terbanyak secara layanan dibanding kota lain. Total sudah ada dua IPLT dan empat IPAL dengan teknologi skala kota.
"Saat presentasi di Bappenas saya juga sudah sampaikan agar Zona 1 ini nantinya bisa dikelola Perumda Paljaya, bukan swasta. Sebab, Perumda Paljaya sudah memiliki pengalaman yang cukup di Zona 0," bebernya.
Berangkat dari presentasi itu, lanjut Sigit, disepakati dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) ada 54 orang yang akan di-training sebagai bagian mempersiapkan untuk operasional JSS Zona 1.
"Kalau dari sisi IPAL-nya di Zona 1 kita mampu. Namun, memang dari sisi jaringan harus ada knowledge lagi karena ada kedalaman yang bisa mencapai 30 meter di rumah pompa. Sehingga, diperlukan pengetahuan terkait alat-alat bantu yang diperlukan," kata Sigit.
Sigit mengungkapkan, sebagai catatan positif pengelolaan air limbah yang dilakukan, sebanyak 30 kabupaten/kota di Indonesia belajarnya selalu di Perumda Paljaya.
"Pengelolan limbah di Jakarta itu menghadapi kompleksitas tinggi, mulai dari traffic, jenis limbah hingga pembangunan kota yang sudah lebih dulu ada sebelum jaringan perpipaan limbahnya ada," imbuhnya.
Sigit juga menyatakan sepakat dengan Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta, Ida Mahmudah, jika untuk tarif pengelolaan air limbah ini dilakukan penyesuaian.
"Saat ini sedang dibahas di Bapemperda. Saya setuju usul beliau agar untuk masyarakat berpenghasilan rendah nantinya ada kekhususan atau diberikan subsidi," tandasnya.