Jumat, 10 Juli 2015 Reporter: Erna Martiyanti Editor: Dunih 3071
(Foto: Ilustrasi)
Tempat penampungan lumpur untuk proyek Jakarta Emergency Dredging Initiative (JEDI) di kawasan Ancol sudah hampir penuh. Namun, begitu proyek yang dimaksudkan untuk penanggulangan banjir di ibu kota tersebut tetap akan berjalan.
"Jalan terus. Memang agak terhambat soal tempat pembuangan. Di Ancol kan sudah agak penuh," kata Basuki Tjahaja Purnama, Gubernur DKI Jakarta di Balaikota DKI Jakarta, Jumat (10/7).
Basuki akhirnya akan mempercepat izin reklamasi untuk pengembangan Ancol. Sehingga lumpur yang dihasilkan dari pengerukan akan digunakan untuk bahan reklamasi pulau tersebut.
"Makanya izin reklamasi Ancol mau kita percepat, takutnya terlalu penuh dan luber," ujarnya.
Kendati demikian Basuki mengaku proyek tidak akan dihentikan meski ada hambatan ini. Dirinya justru akan mempercepat penertiban izin tersebut.
"Nggak distop, makanya kita mau cepet beresin surat reklamasi Ancol. Kan dia ada ribut sama MKY itu loh. Ini punya siapa? Makanya kita putusin bagi dua saja deh, biar satu gang," ucapnya.
Sementara terkait dengan pinjaman dari Bank Dunia juga terus berjalan di bawah koordinasi dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). DKI sendiri mendapatkan kelebihan nilai pinjaman lantaran nilai tukar dolar yang meningkat. Pinjaman dari Bank Dunia sebesar 150.000 dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp 1,65 triliun. Dengan meningkatnya nilai tukar rupiah mengakibatkan Pemprov DKI kelebihan Rp 400 miliar.
Dalam program JEDI sendiri ada 7 paket di mana paket 1, 4 dan 7 merupakan prioritas dari Pemprov DKI Jakarta. Untuk ketujuh paket tersebut Bank Dunia (World Bank) meminjamkan dana sebesar sekitar 150.000 dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp 1,65 triliun.