Jumat, 24 April 2015 Reporter: Erna Martiyanti Editor: Dunih 3918
(Foto: Yopie Oscar)
Sejak 16 April lalu, minimarket telah dilarang menjual minuman keras (miras). Tujuannya agar peredarannya bisa dibatasi, khususnya untuk anak-anak muda. Namun, minuman tersebut masih bisa dibeli di supermarket dan kafe, tapi tetap dengan persyaratan khusus. Sebab, keberadaan tempat itu bukanlah untuk memfasilitasi pengunjung untuk mabuk-mabukan.
Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidajat mengakui, masih banyak kafe, restoran, dan bar yang menjual minuman beralkohol di ibu kota. Salah satunya di kawasan Kemang, Jakarta Selatan. Namun, keberadaan tempat menjual miras tersebut tidak bisa dipandang sebagai upaya memfasilitasi masyarakat Jakarta untuk mabuk-mabukan.
"Sekarang ini sebetulnya kafe dan bar sudah menyediakan anggur, wine. Kan ada wine and sugar itu saya lihat di Kemang. Tapi, yang harus digarisbawahi bahwa itu (kafe dan bar) bukan untuk melegalisasi meraka yang mabuk-mabukan loh ya ," kata Djarot di Balaikota DKI Jakarta, Jumat (24/4).
Menurutnya, keberadaan kafe dan bar yang menjual miras lebih bertujuan untuk mengakomodasi kebutuhan para wisatawan maupun individu yang memang mengkonsumsi minuman tersebut. Karena itu, Djarot juga berharap agar pembatasan miras ini tidak akan menurunkan kunjungan wisatawan ke ibu kota. Terlebih, wisatawan telah menyumbang pendapatan asli daerah (PAD).