Selasa, 24 Maret 2015 Reporter: Erna Martiyanti Editor: Erikyanri Maulana 4844
(Foto: doc)
Untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi sekaligus meningkatkan pelayanan kesehatan bagi warganya, setiap RW di Jakarta akan memiliki perawat. Program ini akan diluncurkan Juni mendatang sebagai kado ulang tahun ke-488 kota Jakarta.
Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidajat mengatakan, tujuan utama program ini untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi
saat melahirkan. Nantinya, para perawat ini akan disebar melalui posyandu."Nantinya satu RW akan ada satu perawat yang mengawalnya. Mereka akan ditempatkan di posyandu. Tugasnya, mendeteksi persoalan yang menyangkut kesehatan," ujar Djarot, di Balaikota DKI Jakarta, Selasa (24/3).
Dikatakan Djarot, tugas perawat di setiap RW juga untuk memberikan edukasi kepada warganya terkait kesehatan. Sehingga nantinya, warga yang kesehatannya sedang menurun bisa berkonsultasi dan berobat ke perawat tersebut, tanpa harus mendatangi rumah sakit.
"Masyarakat kita perlu diberi penahaman klasifikasi penyakit. Pilek atau gatal-gatal saja masak langsung ke RSUD Pasar Rebo," katanya.
Dia menyebutkan masyarakat juga harus bisa membedakan jenis penyakit sesuai dengan tingkatannya. Misalnya penyakit tingkat primer hanya perlu berobat ke puskesmas. Sedangkan jumlah RW di Jakarta mencapai 2.707 RW.
Kepala Seksi Tenaga Kesehatan, Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Purwadi menambahkan, program ini akan diluncurkan Juni mendatang. Sehingga diharapkan bisa menjadi kado ulang tahun bagi warga ibu kota.
"Insya Allah akan kami luncurkan bulan Juni, sebagai kado ulang tahun juga," kata Purwadi.
Dikatakan Purwadi, di Jakarta tercatat ada sebanyak 13.376 perawat. Nantinya tidak semua perawat ditempatkan di setiap RW. Hanya perawat yang berdomisili di Jakarta saja yang akan difungsikan. Karena akan lebih dekat dengan warga.
"Saat ini masih dilakukan pendataan, berapa jumlah perawat yang berdomisili di Jakarta," ucapnya.
Mereka, sambung Purwadi, nantinya akan bertugas sesuai dengan fungsinya yakni melakukan perawatan kepada warga. Jika ada warga yang baru pulang dari rumah sakit tetap bisa dikontrol konsumsi obatnya.
"Jangan sampai pasien balik lagi ke rumah sakit dengan penyakit yang sama, karena tidak meneruskan minum obat," tandasnya.