Kamis, 04 Juli 2019 Reporter: Rudi Hermawan Editor: Andry 2647
(Foto: Rudi Hermawan)
Pertunjukan silat, lenong dan palang pintu hingga kini masih menjadi primadona di kalangan masyarakat.
Atraksi golok dalam permainan silat, lawakan khas di lenong dan aksi berbalas pantun di palang pintu seolah menjadi hiburan yang tak pernah bosan untuk ditonton.
Di Jalan H Mandor Salim, tepatnya di RT 05/02, Srengseng, Kembangan Jakarta Barat, kesenian asli Kota Jakarta ini terus dilestarikan salah satu sanggar seni bernama Sanggar Betawi Nagasari secara turun-temurun hingga saat ini.
Pimpinan Sanggar Betawi Nagasari, Arkani mengatakan, sanggar yang berdiri sejak 1935 pertama kali dipimpin Kong Haji Sinan (Bengket) dan Kong Ali Usid. Kemudian pada 1965, sanggar tersebut dilanjutkan Kong Member lalu diwariskan kepada ayahnya, Dja'ani pada 1971 hingga ke pamannya, Sarma Asmarani pada 1988.
"Tahun 1995, tepatnya tanggal 23 November saya sendiri yang memimpin. Saya generasi ke lima. Jadi ini warisan turun menurun," ujarnya saat ditemui di Sanggar Betawi Nagasari, Kamis (4/7).
Arkani menyebutkan, di sanggar ini ada tiga jenis pelatihan yang telah diikuti ratusan peserta. Masing-masing pelatihan lenong, silat cingkrik dan palang pintu yang digelar setiap Senin dan Rabu malam dari pukul 20.00.
"Malam Selasa khusus untuk silat. Malam Kamis untuk palang pintu dan lenong. Muridnya mulai dari usia tujuh tahun. Bahkan ada yang sudah 40 tahun," tuturnya.
Masyarakat yang ingin mengikuti pelatihan di sanggar ini bisa langsung mendaftar di lokasi.
"Formulir pendaftaran ini dimaksudkan agar mendapat izin orang tua," ungkap Arkani.
Ia mengungkapkan, selama berdiri, palang pintu dari sanggar ini telah tampil di banyak lokasi, baik di dalam maupun luar Jakarta seperti Bogor dan Bekasi. Palang pintu umumnya diminta untuk acara sunatan, pernikahan hingga arak-arakan.