Kamis, 27 Juni 2019 Reporter: Wuri Setyaningsih Editor: Budhy Tristanto 8840
(Foto: Reza Hapiz)
Nyok kite nonton ondel-ondel,
Nyok kite ngarak ondel-ondel,
Ondel-ondel ade anaknye,
Anaknya ngigel ter-iteran,
Mak, Bapak ondel-ondel ngibing,
Ngarak penganten di sunatin,
Goyangnye asik ndut-ndutan,
Nyang ngibing igel-igelan...
Lagu berjudul Ondel-ondel yang dilantunkan seniman Betawi, Benyamin Sueb, pada era 70-an ini, menceritakan tentang tingkah sepasang boneka raksasa terbuat dari rangkaian bambu yang bisa bergoyang mengikuti alunan musik.
Konon, dari lagu inilah nama Ondel-ondel popular di masyarakat dan menjadi salah satu dari delapan ikon budaya Betawi yang tetap eksis hingga saat ini. Bahkan di tengah gempuran modernisasi kota, masih ada sekelompok warga Ibukota yang masih setia menekuni pekerjaan sebagai perajin Ondel-ondel.
Berlokasi di Jalan Kembang Pacar, RT 10/03, Kelurahan Kramat, Senen, Jakarta Pusat, setiap hari para perajin ini sibuk mengerjakan rangkaian demi rangkaian Ondel-ondel. Tercatat, saat ini ada sekitar 20 sanggar atau rumah industri pembuat boneka raksasa khas Betawi di sana. Lumrah, jika wilayah ini juga dikenal dengan sebutan 'Kampung Ondel-ondel'.
Mulyadi, salah seorang sesepuh Kampung Ondel-ondel mengungkapkan, kampung ini sudah ada sejak 1976. Kala itu, Ondel-ondel masih dikenal dengan nama Barongan yang digunakan untuk hiburan saat hajatan khitanan, perkawinan dan acara HUT RI. Bahan bakunya pun masih sederhana yang tidak dapat bertahan lama, sehingga Ondel-ondel yang dibuat hanya dapat ditampilkan untuk satu kali acara.
"Dulu bahannya dari kertas koran, sampah, bambu, dan sagu untuk membuat wajah dan badan Ondel-ondel. Jadi bahan-bahan itu tidak bisa bertahan lama, sehingga usai acara ondel-ondel langsung dihancurkan," ujar Mulyadi, saat ditemui beritajakarta.id belum lama ini di kediamannya.
Semakin lama, lanjut Mulyadi, bahan baku Ondel-ondel kemudian berubah agar bisa tahan lama yaitu dari bambu untuk kerangka badan, dan dari bahan kimia untuk wajahnya.
"Ada delapan karakter ondel-ondel, enam diantaranya perempuan yaitu Bebek, Anis, Mayang, Lentik, Ratu Gelang, dan Ratu Kalung, serta dua karakter laki-laki yaitu Kedok Balang dan Logaya," ungkapnya.
Lurah Kramat, Suparjo mengatakan, Kampung Ondel-ondel ini merupakan ciri khas wilayahnya. Bersama aparat di kecamatan, lanjut Suparjo, pihaknya terus berupaya untuk mempertahankan sekaligus mengembangkan usaha warga perajin Ondel-ondel.
"Kita ikutsertakan para perajin Ondel-ondel dalam program PKT UMKMP Kecamatan. Selain itu, kita juga selalu mengikutsertakan mereka dalam setiap event acara dan bazar," katanya.
Salah satu perajin Ondel-ondel, Supandi menambahkan, ia dan rekan-rekannya sesama perajim membuat ondel-ondel berdasarkan pemesanan. Selain dari wilayah Jabodetabek, pemesan ada juga yang dari luar daerah. Bahkan dari Saudi Arabia.
"Total ada enam pegawai yang semua keluarga. Mereka membuat bagian sendiri-sendiri, ada yang khusus membuat muka, badan dan bajunya. Satu ondel-ondel membutuhkan waktu dua minggu pengerjaan," tuturnya.
Harga yang dibanderol pun bervariasi mulai dari Rp 1,5 juta untuk satu karakter hingga Rp 15 juta untuk satu paket yang berisi gong, kenong, gendang dan dua pasang Ondel-ondel.
"Harapan kami, pemerintah semakin mempromosikan ondel-ondel kami dan membantu permodalan. Sebab kami terkendala bantuan modal," tandas
nya.