Jumat, 31 Oktober 2014 Reporter: Nurito Editor: Dunih 3864
(Foto: Nurito)
Program pembuatan dua crossing atau sodetan saluran penghubung di Jakarta Timur dipastikan gagal. Pasalnya, tidak ada kontraktor yang mengikuti lelang proyek tersebut. Dua saluran penghubung tersebut masing-masing saluran penghubung Sulaiman di Cipinang Melayu yang dihubungkan ke saluran penghubung Cipinang Indah. Kemudian, sodetan dari saluran penghubung di Jl Pendidikan 8 dan 9 Durensawit menuju saluran Jl Botani melalui Jl Raden Inten.
Akibatnya, saat musim hujan mendatang wilayah tersebut terancam banjir. Terutama di kawasan Komplek IKIP di Jl Pendidikan, Duren Sawit. Sebab, pada bagian hulu yakni di Jl Pendidikan 8 dan 9 dibuatkan sodetan. Namun, pada bagian hilir, yakni di Jl Botani gagal dikerjakan. Padahal, proyek ini merupakan satu paket. Rencananya, sodetan ini akan melintasi Jl Raya Radin Inten.
Kasudin PU Tata Air Jakarta Timur, Henry Dunant mengatakan, kawasan Jl Pendidikan dan sekitarnya terancam banjir saat hujan nanti. Sebab proyek sodetan tidak bisa dikerjakan maksimal lantaran pada bagian hilir tidak bisa dikerjakan.
“Harusnya sodetan ini menjadi satu paket, terhubung antara di Jl Pendidikan 8 dan 9 ke Jl Botani. Namun ini hanya satu titiknya yang dikerjakan, di bagian hulu. Sedangkan di bagian hilirnya tidak dikerjakan. Otomatis nantinya air akan menggenang dan terjadi banjir di kawasan itu,”
ujar Henry Dunant, Jumat (31/10).Demikian halnya sodetan di Jl Sulaiman ke kawasan Cipinang Indah yang melintang melalui Kalimalang dan Jl Inspeksi Kalimalang. Rencananya, sodetan dibuat dengan sistem gorong-gorong dengan diameter 140 sentimeter dan panjang 50 meter. Karena tidak ada kontraktor yang mau mendaftar lelang maka proyek dibatalkan. Padahal lelang sudah dilakukan tiga kali namun pesertanya nyaris tidak ada.
“Kami sedang menunggu ULP agar dilakukan lelang. Jika tidak direspons kami akan kerjakan dengan sistem swakelola. Sebab kalau tidak dikerjakan maka Komplek IKIP Duren Sawit akan kebanjiran,” imbuh Henry.
Menurutnya, di Jakarta Timur terdapat 111 titik genangan dan rawan banjir. Dari jumlah ini, 66 titik sudah dikerjakan dengan anggaran swakelola. Kemudian 44 proyek dikerjakan dengan cara dilelang karena setiap titiknya nilainya berkisar Rp 1-3 miliar. Namun dari 44 proyek itu, dua di antaranya gagal dikerjakan. Dengan demikian, ada 3 titik saluran air yang tidak diperbaiki pada tahun 2014 ini.
Ditambahkan Henry, walau seluruh titik saluran air ini diperbaiki namun tidak bisa menghilangkan banjir atau genangan air 100 persen. Sebab genangan air ini sifatnya dinamis dan bisa berpindah-pindah. Namun dengan perbaikan saluran air ini minimal titik rawan banjir ini dapat berkurang 70-80 persen.