Rabu, 20 Desember 2017 Reporter: Keren Margaret Vicer Editor: Toni Riyanto 15999
(Foto: Humas Jakarta Timur)
Yayasan Oplet Robet (Ocehan Plesetan Rombongan Betawi) terus berkiprah untuk menjaga, melestarikan dan memajukan seni budaya Betawi. Yayasan yang dipimpin komedian sekaligus artis seni peran, Ramdani atau lebih dikenal Qubil AJ ini pada awalnya hanyalah berbentuk grup atau komunitas.
Sejumlah pementasan Lenong Betawi, baik di lingkungan masyarakat, instansi pemerintah, maupun swasta sudah dilakoni. Tidak hanya itu, Yayasan Oplet Robet juga aktif menggelar lomba Lenong Betawi di Taman Ismail Marzuki (TIM), Menteng, Jakarta Pusat.
Sekretaris Yayasan Oplet Robet, I Goess Magrib menuturkan, cikal bakal Yayasan Oplet Robet bermula saat Teater Cagar Budaya vakum. Sehingga, baik pengurus maupun anggota mencari jalan masing-masing untuk tetap bisa berkesenian.
"Grup Oplet Robet terbentuk tahun 2001. Kemudian, berkembang menjadi yayasan di tahun 2010, sudah terdaftar di notaris dan Lembaga Kebudayaan Betawi," kata Goess, di kantor yayasan sekaligus Sanggar Oplet Robet, Jl Asem Nirbaya, RT 15/02, Kelurahan Pinang Ranti, Makasar, Jakarta Timur, Rabu (20/12).
Dijelaskannya, Oplet Robet juga sudah menciptakan lagu-lagu bernuansa Betawi dan melakukan rekaman di tahun 2013. Lagu-lagu yang sudah berhasil dibuat seperti, Amineh, Oplet Robet, Gare-gare Pulang Pagi, Kaga Diajak Jajan, Uler Tangge, Halimah, Hiburan Berani, Betawi Inpor, Minta Kawin, dan Gagal Apel.
"Secara pribadi, saya merupakan orang Betawi yang harus memiliki kesadaran dan kecintaan terhadap budaya Betawi agar terus lestari," terangnya.
Menurut Goess, untuk pementasan lenong rutinitasnya tidak dapat dipastikan. Bahkan, pernah terjadi dalam satu bulan tidak ada panggilan untuk pentas.
"Kalau lakon yang biasa dibawakan saat pentas biasanya bertema tentang cerita kerajaan atau bangsawan. Setiap pemain dituntut menguasai materi dan harus improvisasi dalam membangun sebuah cerita," ungkapnya.
Ia menambahkan, bagi masyarakat yang ingin bergabung bisa datang langsung ke sanggar atau Kantor Yayasan Oplet Robet setiap hari Minggu pukul 10.00-16.00 WIB. Anggota tidak dipungut bayaran alias gratis.
"Saat ini, mereka yang sudah bergabung berjumlah 50 orang," tuturnya.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, sambungnya, diharapkan dapat lebih memperhatikan lagi nasib para pelaku seni maupun sanggar Betawi, baik dengan menyediakan fasilitas maupun ruang untuk berpentas.
"Kami ingin, rutinitas pementasan seni budaya Betawi lebih ditingkatkan dan semakin banyak lagi sanggar maupun pelaku seni Betawi yang terlibat," tandasnya.