Selasa, 16 September 2014 Reporter: Rio Sandiputra Editor: Agustian Anas 6534
(Foto: doc)
Tak terima anaknya dikeluarkan dari sekolah, belasan orangtua siswa melakukan unjuk rasa di SMA 70, Bulungan, Jakarta Selatan, Selasa (16/9). Mereka memprotes kebijakan pihak sekolah yang memberhentikan 13 siswa kelas XII karena diduga telah melakukan kekerasan terhadap juniornya kelas X.
"Anak saya tidak ada di sana saat kejadian karena tidak masuk sekolah karena sakit," ujar Muhammad Sofie, orangtua siswa berinisial GM (16).
Dia mempertanyakan keputusan pihak sekolah yang langsung memberhentikan 13 orang siswa tanpa ada surat peringatan, pembelaan, dan pembinaan dari sekolah.
Bahkan, kata Muhammad, pihak sekolah juga tidak pernah menunjukkan siapa saja korban dari tindakan yang dituduhkan kepada anaknya. “Tidak pernah ditunjukkan siapa korbannya, apakah ada laporan polisi atau visum. Saya tidak pernah mendengar ada ospek atau pemukulan, tapi belakangan ada kabar anak salah satu pejabat yang komplain sehingga situasinya jadi
begini,” terangnya.GM dan 12 siswa lainnya mendapatkan surat pemulangan ke orangtua pada Senin (15/9) kemarin. Melalui SKEP Kepala Sekolah SMAN 70 Jakarta Nomor 21/2014 disebutkan bahwa keputusan tersebut berdasarkan pertimbangan pelanggaran tata tertib sekolah dan telah dibahas pada Rapat Pleno Dewan Guru yang dilaksanakan pada 9 September lalu.
Dalam surat tersebut juga disebutkan kesalahan yang dilakukan siswa yaitu melakukan penendangan atau penamparan atau pemukulan baik individu atau kelompok, melakukan intimidasi terhadap siswa, dan kerap berkumpul di radius 200 meter dari sekolah walaupun tidak ada kegiatan usai jam sekolah.
Ketua Komite SMAN 70, Ricky Agusiady, mengatakan pihaknya juga mempertanyakan sikap kepala sekolah yang tidak mau memberikan keterangan. Bahkan, ruang komite yang biasanya dipergunakan untuk pertemuan dan diskusi orangtua siswa dan pihak sekolah kini dikunci. “Ruang komite sekarang dikunci, pihak sekolah takut sekali ada intervensi dari luar. Kita hanya minta penjelasan, karena kami mendukung penuh hilangnya bullying dari sekolah ini,” jelasnya.
Padahal, lanjut Ricky, komite telah melakukan pembicaraan dengan orangtua baik korban maupun siswa yang disangkakan, korban dan pelaku, serta dari alumni untuk membahas penyelesaian masalah tersebut. Namun pihak sekolah seolah menutup diri dan tidak mau berkomunikasi.
“Orangtua korban dan yang disangkakan menjadi pelaku, serta siswa-siswanya, serta alumni sudah bertemu untuk mencari solusi. Sekarang kita juga mau tahu bagaimana langkah pembinaan yang dilakukan sekolah karena mereka menutup diri. Kita akan tanyakan ke Dinas Pendidikan DKI Jakarta,” terangnya.
Sementara itu, saat wartawan ingin mengonfirmasi terkait kasus ini, pihak sekolah tidak ada yang mau memberikan keterangan. “Tadi pak kepala sekolah bilang tidak ada keterangan kepada wartawan,” ucap salah satu petugas keamanan sekolah dari dalam pagar.