Selasa, 01 November 2016 Reporter: Erna Martiyanti Editor: Nani Suherni 3506
(Foto: Ilustrasi)
Selama Oktober 2016 inflasi di DKI Jakarta menembu
s angka 0,25 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan inflasi bulan yang sama tingkat nasional yang hanya 0,14 persen.Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta, Syech Suhaimi mengatakan, ada lima kelompok pengeluaran yang mempengaruhi inflasi. Sementara itu, hanya ada dua kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi.
"Inflasi bulan Oktober lebih tinggi dari nasional yang cuma 0,14 persen. Di DKI inflasinya mencapai 0,25 persen," kata Syech, di Kantor BPS DKI Jakarta, Jalan Salemba Tengah, Jakarta Pusat, Selasa (1/11).
Lima kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi yakni kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar menyumbang 1,07 persen. Kemudian kelompok kesehatan 0,20 persen.
Selain itu, kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan 0,15 persen. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,13 persen. Serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,03 persen.
Sementara dua kelompok yang mengalami deflasi atau penurunan indeks yakni kelompok bahan makanan 0,38 persen dan kelompok sandang 0,08 persen.
"Yang paling mempengaruhi inflasi kali ini yakni kenaikan harga-harga beberapa kemlompok seperti listrik, cabai merah, dan LPG," tandansya.
Namun jika dibandingkan secara year on year, inflasi DKI tetap lebih rendah dibandingkan dengan nasional. Inflasi nasional year on year mencapai 3,31 persen, sementara DKI hanya 2,71 persen.
Ia berharap hingga akhir tahun mendatang, inflasi di Ibukota bisa terjaga karena beberapa faktor kewenangannya ada di Pemerintah Pusat. Sementara yang dikendalikan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta bisa terkendali, seperti pada kelompok pangan.