Selasa, 22 Juli 2014 Reporter: Erna Martiyanti Editor: Lopi Kasim 3970
(Foto: Yopie Oscar)
Jika menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama menginginkan wakil yang berpengalaman. Dengan demikian, akan bisa meringankan beban kerja dan dapat mengimbangi kinerjanya yang cepat.
Beberapa nama mantan kepala daerah pun disebut oleh Basuki untuk menjadikan wakilnya. Seperti mantan Walikota Blitar Djarot Saiful Hidayat dan mantan Wakil Walikota Surabaya Bambang DH. Keduanya dianggap berpengalaman dalam memimpin suatu daerah.
"Kalau boleh pilih sih, aku pilih Djarot atau Bambang DH. Jadi pengalaman, pilih bekas kepala daerah. Walikota pengalaman ngurus kota. Djarot mantan Walikota Blitar, Bambang DH Wakil Walikota Surabaya, lebih pengalaman," kata Basuki, di Balaikota DKI Jakarta, Selasa (22/7).
Kendati demikian, Basuki tetap menyerahkan nama-nama wakil gubernur kepada kedua partai pengusung. Karena partai pengusung lah yang berhak mengajukan dua nama kepada DPRD DKI Jakarta. "Saya tidak tahu, tergantung PDIP," ujarnya.
Namun, jika PDIP mengajukan nama Boy Sadikin sebagai wakil gubernur, Basuki juga tidak menolaknya. Dirinya menilai Boy juga memiliki pengalaman menjadi Wakil DPRD DKI Jakarta. "PDIP bisa saja Pak Boy Sadikin, dia juga pengalaman jadi Wakil Ketua DPRD. Saya kerjasama dengan Boy juga baik. Terserahlah," ucapnya.
Bahkan, jika polemik pemilihan wakil gubernur terus berlanjut, Basuki berseloroh akan memilih Dian Sastro sebagai wakilnya. "Masalahnya Gerindra ikhlas tidak kasih semua namanya ke PDIP. Saya pilih Dian Sastro saja, kan dia juga pinter. Orang UI (Universitas Indonesia) Sosiologi," selorohnya.
Menurut Ahok, sapaan akrabnya, dirinya tak akan menolak jika wakil yang diajukan perempuan. Namun dirinya tak mau jika yang diajukan adalah Tri Rismaharini, Walikota Surabaya. Karena Ahok menganggap Risma terlalu galak. "Kita cari perempuan saja yang menyejukkan. Tapi jangan Bu Risma, terlalu galak dia. Ha-ha-ha," candanya.
Ketika menjadi gubernur kelak, Basuki berharap sosok pendamping yang dapat meredam emosinya. Sama seperti saat Jokowi-Basuki menjabat sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI. Apabila gaya Basuki ceplas ceplos di dalam memimpin ibu kota, maka Jokowi memiliki sifat yang lebih tenang.
Diakui Ahok, kedua partai pengusung yakni PDIP dan Gerindra, kini dalam keadaan yang tidak sepaham. Berdasarkan penafsiran Basuki, dalam memilih Wagub, Gerindra merasa harus ada satu dari dua calon yang diajukan kepada DPRD. Namun PDIP merasa dua calon itu harus dari mereka.
Nantinya, dari nama yang diajukan anggota DPRD akan memilih satu dari dua calon Wakil Gubernur DKI melalui voting. Pelantikan Wakil Gubernur DKI yang baru akan diputuskan melalui Sidang Paripurna DPRD DKI. Tanpa tanda tangan Prabowo, PDIP tidak bisa mencalonkan Wakil Gubernur. Begitu pula sebaliknya, jika tidak ada tanda tangan Megawati, Partai Gerindra tidak dapat mencalonkan Wakil Gubernur.
"Nanti yang memilih wagub baru itu anggota DPRD DKI yang baru. Karena Agustus sudah pelantikan anggota baru," tandasnya.