Harga Obat Mahal, Pasien RSUD Mengeluh

Kamis, 17 April 2014 Reporter: Hendi Kusuma Editor: Widodo Bogiarto 10776

RSUD Cengkareng

(Foto: doc)

Kenaikan inflasi dan biaya produksi menjadi alasan produsen obat untuk menaikkan harga obat yang sebagian besar masih ditanggung secara pribadi oleh masyarakat. Akibatnya, mahalnya harga obat yang harus ditebus pasien semakin menambah beban hidup.

Saya binggung, harga obat makin mahal, sementara adik saya butuh obat rutin setiap minggunya harus ditebus. Sementara ekonomi keluarga saya sedang tidak baik

Seorang keluarga pasien RSUD Cengkareng, Dedi (31) mengeluhkan, mahalnya harga obat yang harus ditebus untuk adiknya yang menderita penyakit paru-paru. Selama satu tahun terakhir, dia harus menebus obat hingga Rp 200 ribu setiap kali adiknya berobat.

Ongkos pembelian obat yang harus dikeluarkan itu, menurut Dedi, sangat memberatkan. Apalagi kondisi keuangan keluarganya saat ini tengah kembang kempis, akibat sang adik sering keluar masuk rumah sakit.

“Saya binggung, harga obat makin mahal, sementara adik saya butuh obat rutin setiap minggunya harus ditebus. Sementara ekonomi keluarga saya sedang tidak baik” keluh Dedi.

Dedi mengaku, ketika adiknya dirawat di RSUD Cengkareng satu tahun lalu, biaya untuk ruang rawat inap dan perawatan murah. Namun saat dokter memberikan resep obat untuk ditebus ke apotek, dia kaget karena harganya mahal, sekitar Rp 300 ribu hingga Rp 700 ribu setiap kali menebus resep.

Menanggapi keluhan pasien tersebut, Humas RSUD Cengkareng, Agung mengatakan, harga obat sudah mengacu pada Formularium Nasional (Fornas) yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan.

Menurut Agung, semua harga obat dan layanan RSUD Cengkareng sudah sesuai dengan prosedur yang diatur pemerintah. “Semua prosedur sesuai dengan standar pelayanan, ” ujarnya.

Terkait sosialisasi obat generik di lingkungan rumah sakit, Agung mengakui, saat ini pihaknya belum melakukannya.

"Saat ini masih dalam proses KJS (Kartu Jakarta Sehat) menuju BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial), jadi obat generik belum kami sosialisakan disini," tandasnya.

Dihubungi terpisah, Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Husna Zahir menegaskan, mahalnya harga obat sehingga memberatkan pasien miskin harus ditanggapi serius apotek dan rumah sakit.

"Setiap konsumen mempunyai hak untuk mengetahui informasi seputar kualitas dan harga obat yang beredar di masyarakat. Obat generik juga harus mempunyai kualitas yang sama." kata Husna.

Husna menjelaskan, mahalnya harga obat karena bahan baku untuk pembuatan obat masih impor. Belum lagi biaya biaya iklan dan marketing, sehingga biaya produksi obat paten jauh lebih mahal. 

BERITA TERKAIT
       Ribuan CPNS Antri Tes Kesehatan di RS Budi Asih

CPNS Tes Kesehatan, Pasien RS Budi Asih Terganggu

Rabu, 16 April 2014 27176

ahok_batik_stokk.jpg

Sakit Tenggorokan, Basuki Tak Masuk Kantor

Senin, 14 April 2014 3274

Rumah sakit soeharto

Penderita Gangguan Jiwa di Jakarta Meningkat

Jumat, 11 April 2014 35355

rs_koja_penuh_bayu.jpg

RSUD Koja Kewalahan Tangani Pasien JKN

Rabu, 02 April 2014 10525

Kegiatan pencoblosan di TPS 135 dan TPS 136 untuk karyawan dan tenaga medis dilakukan di lantai satu

Pencoblosan di RSUD Cengkareng Sepi

Rabu, 09 April 2014 5805

BERITA POPULER
Pemkot Jakut Bantu Perketat Pengawasan Rusunawa Marunda

Pemkot Jakut Bantu Perketat Pengawasan Rusun Marunda

Jumat, 21 Juni 2024 469058

Dishub Gandeng Waze Luncurkan Fitur Navigasi Ganjil Genap

Dishub Gandeng Waze Luncurkan Fitur Navigasi Ganjil Genap

Kamis, 19 Oktober 2017 307904

 Libur Natal, 36.871 Pengunjung Padati TMII

TMII Dipadati Pengunjung

Jumat, 25 Desember 2015 284376

Siswa di Jakut Tebarkan Optimistis Sintas COVID 19 Melalui Puisi

Siswa di Jakut Tebar Optimistis di Tengah COVID- 19 Melalui Puisi

Rabu, 15 April 2020 261000

Basuki akan Bongkar Reklamasi PT KCN

Basuki akan Bongkar Reklamasi PT KCN

Jumat, 15 April 2016 196622

Bagikan ke :
BANG JAKI +indeks
POTRET JAKARTA +indeks
VIDEO +indeks