Rabu, 16 April 2014 Reporter: Nurito Editor: Widodo Bogiarto 26826
(Foto: doc)
Ribuan calon pegawai negeri sipil (CPNS) yang telah lulus seleksi, mengantre di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Budi Asih, Jakarta Timur, Rabu (16/4). Kehadiran mereka di rumah sakit itu, untuk menjalani tes kesehatan sekaligus mengurus persyaratan administrasi yang diminta oleh Badan Kepegawaian Daerah (BKD) DKI Jakarta. Namun sayangnya, saat pendaftaran, para CPNS itu berbarengan dengan pasien yang akan berobat di rumah sakit tersebut. Sontak hal ini membuat suasana menjadi gaduh dan menganggu kenyamanan pasien umum yang berobat.
Ribuan CPNS ini mengantre sejak pukul 06.30, di lantai dasar dan lantai dua. Namun karena dicampur dengan pasien umum, suasana menjadi sesak dan berjubelan. Waktu yang diberikan untuk pemberkasan pun hanya dua hari, yakni Rabu dan Kamis ini. Mereka umumnya adalah CPNS dari kalangan guru, stas kelurahan, kecamatan dan unit-unit lainnya.
Azhari (30), salah seorang CPN yang ikut mengantre tes kesehatan, mengaku sudah antre sejak pukul 06.30, namun baru dapat dilayani sekitar pukul 09.30. Hal ini karena banyaknya CPNS yang ikut tes kesehatan di RSUD Budi Asih. Di rumah sakit ini, CPNS yang menjalani tes kesehatan berasal dari daerah Jakarta Timur, Jakarta Utara hingga Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat.
“Pendaftarannya digabung dengan pasien umum, jadi ya berdesak-desakan. Harusnya sih dipisah dengan mereka yang akan mengikuti tes kesehatan, agar pasien umum juga tidak terganggu,” ujarnya.
Menurutnya, untuk menjalani tes kesehatan, dia harus mengeluarkan ongkos sekitar Rp 500 ribu. Uang sebanyak itu digunakan untuk biaya pendaftaran di loket Rp 20 ribu, biaya tes kesehatan jasmani dan rohani oleh psikiater Rp 360 ribu, medical chek up Rp 40 ribu dan biaya tes narkoba di BNN Rp 120 ribu. Untuk cek narkoba, ada tiga pilihan tempat yakni di BNN, RSKO Cibubur dan RS Fatmawati.
Buat Azhari, biaya sebesar itu dinilai sangat memberatkan. Harusnya digratiskan atau minimal dikurangi agar tak semahal itu. Apalagi saat ini dirinya masih berstatus CPNS, yang honornya masih kecil. Ia merupakan salah guru di SDN Tanjung Barat 01, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Nurjanah (65), salah seorang pasien penyakit dalam, mengaku terganggu dengan banyaknya orang berjubelan di ruang pendaftaran. Padahal biasanya kondisinya tak seperti ini. Ia pun hanya pasrah duduk di atas korsi roda yang didorong oleh salah seorang anaknya.
“Biasanya tidak sebanyak ini, sekarang kok semua berjubelan. Saya daftar dari jam 08.00 tapi sampai jam 10.00 ini belum dipanggil-panggil karena saking banyaknya yang mendaftar. Jelas saya terganggu kalau dicampur dengan ribuan CPNS yang akan mengikuti tes kesehatan,” ujarnya.
Terkait hal tersebut, Kepala Humas RSUD Budi Asih, Hamonangan Sirait mengatakan, pendaftaran tes kesehatan dengan pasien umum karena loket pendaftarannya hanya satu. Karenanya pihaknya terpaksa menggabungkan. Terlebih pendaftaran kesehatan bagi CPNS itu sifatnya periodik dan tak setiap hari, sehingga tak masalah digabung dengan pasien umum.
“Yang ada di sini kan hanya CPNS yang telah diterima. Mereka sedang mengikuti tes kesehatan untuk kelengkapan pemberkasan administrasinya. Pendaftarannya memang digabung dengan pasien umum karena ini kan sifatnya tidak setap hari tapi musiman,” ujar Hamonangan.
Menurutnya, antrean CPNS yang akan menjalani tes kesehatan ini sudah berlangsung lima hari lalu. Setiap hari rata-rata 200-300 CPNS yang mengikuti tes kesehatan.