Rabu, 02 Oktober 2024 Reporter: Budhi Firmansyah Surapati Editor: Budhy Tristanto 1377
(Foto: Mochamad Tresna Suheryanto)
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Pusip) DKI Jakarta berkolaborasi dengan Yayasan Sitor Situmorang, menggelar pameran arsip 100 tahun Sitor Situmorang di Galeri Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jas
sin, Gedung Ali Sadikin, Taman Ismail Marzuki (TIM), Menteng, Jakarta Pusat.Pameran yang mengusung tema "Wajah tak Bernama' ini menampilkan berbagai karya dan dokumentasi dari sastratawan Sitor Situmorang, Rabu (2/10) hingga Sabtu (2/11) mendatang.
Putra sulung Almarhum Sitor Situmorang, Gulon Situmorang mengatakan, kegiatan pameran arsip ini sebagai upaya mengenalkan kembali karya dan arsip sastra serta budaya Sitor Situmorang ke generasi muda. Sehingga diharapkan dapat menginspirasi mereka agar melanjutkan semangat sastra dan budaya Indonesia.
"Pada zaman era digitalisasi yang pesat ini, buku sudah mulai ditinggalkan. Maka dibutuhkan upaya berkesinambungan," katanya.
Dijelaskan Gulon, karya-karya dari Sitor Situmorang memiliki ciri akar budaya Indonesia dan Batak yang sangat kuat. Kondisi demikian, menurutnya, kontradiktif dengan kebanyakan manusia modern saat ini yang telah kehilangan akar budaya mereka.
Kepala Dinas Pusip DKI Jakarta, Firmansyah menambahkan, selain dikenal sebagai sastarwan, budayawan dan dosen, sosok Sitor Situmorang juga pernah aktif sebagai jurnalis dan politisi.
"Beliau adalah seorang multi talent. Sebagai politisi, Ia pernah menjabat sebagai anggota MPRS," ujarnya.
Diakui Firmansyah, sosok Sitor Situmorang merupakan seorang pribadi memiliki filosofi yang luas dan kecintaan terhadap bangsa. Karakter ini, menurut Firman, penting untuk mempersiapkan generasi unggul menyongsong Indonesia emas 2045 mendatang.
Sebagai instansi dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang bertugas mengelola arsip, Firmansyah menegaskan, jajarannya terus berupaya menggagas dialog serta berbagai event untuk memperkuat posisi budaya di tengah perkembangan peradaban terkini.
"Penguatan budaya jadi salah satu poin penting agar tidak tergerus peradaban asing dan digitalisasi,"tukasnya.
Dia mengungkapkan, beberapa waktu sebelum ini pihaknya bekerjasama dengan Institut Terjemahan & Buku Malaysia (ITBM) menggelar Seminar Pengantarbangsaan Manuskrip Nusantara. Ke depan, Firmansyah juga akan menghadirkan berbagai karya sastrawan dan budayan seperti WS Rendra untuk dipamerkan.
"Kita jadikan pameran ini sebagai momentum pengingat ada sastra dan budaya dalam peradaban. Ini juga sebagai upaya kita menyiapkan generasi muda menuju Indonesia emas 2045 agar salah satu sudut peradaban kita tidak hilang tergerus budaya luar," tandasnya.
Sebagai informasi, pameran arsip 100 tahun Sitor Situmorang dengan tema wajah tak bernama ini digelar setiap hari Senin - Kamis mulai pukul 09.00 hingga 17.00. Sedangkan pada hari Jumat - Minggu, pameran dibuka mulai pukul 09.00 hingga 20.00 malam.