Senin, 27 Juli 2015 Reporter: Folmer Editor: Dunih 3879
(Foto: Reza Hapiz)
Maraknya kasus tawuran di Jakarta Timur menjadi perhatian serius Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat. Ia meminta persoalan tersebut dicarikan solusinya, mengingat tidak mungkin petugas terus-menerus siaga memantau tawuran.
"Kalau lurah dan camat disiagakan 24 jam hanya untuk menjaga wilayah agar tidak terjadi tawuran tidak mungkin. Cari sumbernya segera," ujarnya, di Kantor Walikota Jakarta Timur, Senin (27/7).
Menurutnya, Jakarta Timur memiliki wilayah yang sangat luas serta jumlah penduduk cukup banyak. Tidak hanya itu, sejumlah kebutuhan pokok seperti beras, buah, sayur, hingga batu akik pun bisa dijumpai dengan mudah di daerah tersebut. Namun, diakuinya, kasus tawuran juga cukup rawan di wilayah Jakarta Timur.
"Tingkat tawuran paling tinggi terjadi Jakarta Timur. Hingga Juli 2015 tercatat telah terjadi 23 kasus tawuran antarwarga. Peringkat kedua paling banyak tawuran terjadi di Jakarta Selatan," jelasnya.
Menyikapi masalah itu, Djarot meminta seluruh jajaran meliputi lurah, camat dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) untuk aktif melakukan tindakan preventif pada daerah yang menjadi pusat tawuran.
"Memang pada kegiatan Safari Ramadan beberapa waktu lalu, kita sudah mengunjungi daerah-daerah yang rawan tawuran dan sudah ada kesepakatan damai," ucapnya.
Djarot menegaskan, tawuran antarwarga di Jakarta Timur masih berpotensi terjadi lagi. Antisipasi tawuran yang dilakukan oleh lurah dan camat saat ini tidak bisa menjamin tawuran tidak terulang lagi.
"Kalau sedikit lengah saja, tawuran bisa terjadi lagi. Perlu ada tindakan hukum untuk penyelesaian masalah tawuran di Jakarta Timur. Cari masalah pokok dan provokator, apakah ada warga sekitar atau dari luar? Tangkap," tegasnya.
Ia menambahkan, Jakarta bukan langganan tawuran, sehingga perlu ada shock terapi agar persoalan ini dapat diselesaikan.