Rabu, 05 Oktober 2022 Reporter: Aldi Geri Lumban Tobing Editor: Andry 1891
(Foto: Aldi Geri Lumban Tobing)
Penghentian siaran televisi analog terestrial atau yang dikenal dengan Analog Switch Off (ASO) Jabodetabek yang semestinya mulai diberlakukan pada 5 Oktober 2022 diundur atau dibatalkan.
Keputusan ini berdasarkan Surat Nomor 021/ATVSI/K-S/IST/IX.2022 tanggal 28 September 2022 yang ditandatangani Ketua Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI), Syafril Nasution; Sekretaris Jenderal ATvSI), Gilang Iskandar dan para Direksi Lembaga Penyiaran Swasta.
Plt Dirjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika (PPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) RI, Ismail mengatakan, ASO akan dilaksanakan secara serentak pada 2 November 2022.
“ASO Jabodetabek diundur atau dibatalkan. ASO di Jabodetabek akan dilaksanakan secara serentak sebagaimana wilayah layanan siaran lainnya di Indonesia pada 2 November 2022 pukul 24.00,” ungkap Ismail, Rabu (5/10).
Ia menuturkan, ATVSI dan Lembaga Penyiaran Swasta (LPS) menyatakan kesediaan dan komitmen seluruh langkah-langkah persiapan teknis ASO pada 2 November 2022 melalui sosialisasi, pendistribusian Set Top Box (STB) bagi rakyat miskin dan instalasi pada perangkat televisi terhadap masyarakat yang berhak mendapatkan STB.
Migrasi siaran televisi analog ke digital dilakukan 112 wilayah layanan siaran yang meliputi 341 daerah administratif kabupaten/kota di seluruh Indonesia.
Saat ini, 90 wilayah layanan siaran sudah disiapkan infrastruktur multifleksing, sehingga masyarakat setempat sudah bisa beralih ke siaran televisi digital. Hingga kini, lembaga penyiaran yang sudah melakukan migrasi ke siaran digital ada 556 lembaga televisi dari 693 pemegang izin siaran analog.
“Untuk 22 wilayah layanan yang belum mendapat siaran digital saat ini sedang dilakukan pembangunan multipleksing yang dibiayai dana APBN dan diharapkan selesai tepat waktu,” terang Ismail.
Menurut Ismail, sejauh ini telah terdapat 45 produsen perangkat STB dalam negeri yang meproduksi 70 tipe STB untuk memenuhi kebutuhan STB masyarakat.
“Hingga saat ini ASO telah dilakukan di 18 wilayah layanan yang mencakup 40 kabupaten/kota, sehingga masih akan dilakukan ASO di 94 layanan lainnya,” ucapnya.
Ismail menjelaskan, manfaat yang akan dirasakan masyarakat dari program ASO berupa siaran televisi yang lebih bersih dan jernih serta lebih banyak pilihan program siaran dibandingkan dengan siaran analog.
Hal tersebut dimungkinkan karena pemanfaatan kanal frekuensi lebih efisien melalui infrasturuktur multifleksing.
“Penyelenggaraan penyiaran menjadi lebih efisien dan konten siaran akan menjadi lebih beragam,” kata Ismail.
Ia menerangkan, sesuai studi Boston Consulting Group (BCG) pada 2017, ASO akan memberikan dampak multiplier effect dan perekonomia. Antara lain, penambahan 181.000 kegiatan usaha baru, penciptaan 232.000 lapangan kerja baru, peningkatan penerimaan negara dalam bentuk pajak dan PNBP sebesar Rp 77 triliun dan kontribusi pada PDB sebesar Rp 443,8 triliun.
“Dampak multiplier ekonomi dan sosial lainnya bagi masyarakat di sektor pendidikan, kesehatan dan UMKM,” ucap Ismail.
Ismail menjelaskan, Indonesia dan dunia tengah melakukan transformasi digital secara besar-besaran, maka multiplier effect dari digitalisasi penyiaran akan jauh lebih besar dibandingkan dengan studi BCG yang dilakukan pada tahun 2017.
Pihaknya akan melakukan analisa dan studi lanjutan terhadap multiplier effect dari digitalisasi penyiaran di Indonesia yang diyakini manfaatnya akan jauh lebih besar lagi.
“Mari berkolaborasi mensukseskan ASO agar layanan penyiaran digital bagi masyarakat lebih berkualitas dan bervariasi guna mewujudkan Indonesia terkoneksi, makin digital makin maju,” tandas Ismail.