Sabtu, 19 Maret 2022 Reporter: Aldi Geri Lumban Tobing Editor: Andry 1457
(Foto: Istimewa)
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Kebudayaan DKI Jakarta mendukung pentas Teater Musikal Keumalahayati yang diproduks
i Gema Citra Nusantara (GCN) bersama Papatong Artspace.Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Iwan Henry Wardhana, mengatakan, sebagai kota multikultural, Kota Jakarta terbuka untuk menjadi bagian kesuksesan beragam pentas seni.
"Dukungan kami bukan semata pada tema-tema khusus yang terkait dengan kehidupan Jakarta saja. Contohnya pentas Keumalahayati yang berjudul Laskar Inong Balee ini, yang berkisah tentang kepahlawanan perempuan dari Aceh pun kita sangat apresiasi," ujar Iwan di Kuningan Timur, Jakarta Selatan seperti dikutip dari Siaran Pers PPID DKI Jakarta, Sabtu (19/3).
Pentas musikal ini dapat disaksikan dalam dua sesi pertunjukan, yakni pukul 15.00-17.00 WIB dan 19.00- 21.00 WIB di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, pada 19 Maret 2022 tanpa dipungut biaya.
Lebih lanjut Iwan mengungkapkan, Keumalahayati adalah seorang perempuan Aceh pertama berpangkat Laksamana (Admiral) di Kesultanan Aceh Darussalam.
Ia bertekad meneruskan perjuangan suaminya, Laksamana Zainal Abidin, yang gugur dalam perang melawan Portugis di perairan Teluk Haru. Keumalahayati kemudian memimpin 100 kapal perang dan 2.000 prajurit janda yang ditinggal gugur suaminya dalam perang.
Sementara itu, Mira Marina Arismunandar selaku Pemimpin GCN sekaligus Produser Eksekutif pertunjukan ini mengungkapkan, teater musikal tersebut dikemas dengan gaya modern, berbasis seni tari dan musik tradisi Aceh.
Pentas yang disutradarai Teuku Rifnu Wikana dan Krisna Aditya itu melibatkan seniman tradisi Aceh dan seniman Indonesia lainnya.
"Pertunjukan ini ditujukan sebagai sarana sosialisasi dan edukasi atas kisah perjuangan pahlawan nasional, terutama peran perempuan Indonesia dalam mempertahankan wilayah Aceh.
Harapannya, pentas ini dapat menarik minat penonton kalangan milenial, untuk bisa melihat nilai-nilai positif cerita dari sosok Laksamana Keumalahayati, sekaligus menumbuhkan nilai cinta kebangsaan dan pembentukan karakter generasi muda," ujar Mira.
Selain digelar secara tatap muka, Teater Musikal Keumalahayati juga akan ditayangkan secara daring, yang dikemas dalam sebuah film dan akan ditayangkan di berbagai platform digital.
Hal ini merupakan salah satu upaya untuk menjangkau penonton yang lebih luas serta mengikuti transformasi digital dalam seni pertunjukan.
Para pemain yang akan muncul dalam pertunjukan ini yaitu Haikal (AFI), Teuku Rifnu Wikana, Junio Fernandez, Kamal Nasuti, Yan Wibisono, Irlanto, Karissa Soerjanatamihardja, serta anggota sanggar yang terpilih melalui proses casting oleh sutradara dan pelatih vokal.
Selain anggota Sanggar GCN yang bermain sebagai Inong Balee dan penari, beberapa peran lain dimainkan pula oleh para seniman dari Universitas Negeri Jakarta.
Nama-nama lain yang mendukung acara ini yaitu Marzuki Hasan, Nina Marthavia, Poppy Parisa (Koreografer), Jufrizal, Asep Supriatna, Christ Eleazar, Loedet Tambunan (Penata Musik), Helen Nanlohy (Pelatih Vokal), Irlanto (Asisten Pelatih Vokal), Gema Sadatana (Penulis Skenario), serta Deray Setyadi (Penata Cahaya).
Pentas ini pun menampilkan tiga tarian penting khas Aceh, yakni Rapai Kipah, Ranup Lampuan, dan Rencong. SINOPSIS Kisah perjuangan Laksamana Keumalahayati dimulai dari sebuah perang di perairan Teluk Haru antara Portugis dengan Kesultanan Aceh Darussalam.
Peperangan ini mengakibatkan kematian suaminya sehingga Ia bertekad untuk meneruskan perjuangan sang suaminya.
Untuk memenuhi tujuannya, Laksamana Keumalahayati, meminta kepada Sultan Alauddin Riayat Syah al-Mukammil, Sultan Aceh (1589-1604), untuk membentuk armada Aceh yang kemudian disebut dengan Laskar Inong Balee.
Sekitar 100 kapal perang dan 2.000 prajurit janda yang ditinggal gugur suaminya dalam perang berpangkalan di Teluk Lamreh Krueng Raya.
Laksamana Keumalahayati bersama Laskar Inong Balee juga melindungi pelabuhan dagang Aceh dari Belanda yang dipimpin Cornelis dan Frederick de Houtman. Laksamana Keumalahayati berhasil membunuh Cornelis de Houtman dan menangkap Frederick de Houtman.
Oleh karena itu, Laksamana Keumalahayati dikenal sebagai salah satu pemimpin perempuan terbaik di dunia.