Minggu, 05 April 2015 Reporter: Budhi Firmansyah Surapati Editor: Agustian Anas 6559
(Foto: Budhi Firmansyah Surapati)
Warga yang bermukim di Kecamatan Pedemangan, Jakarta Utara hingga kini masih dihantui bencana banjir. Bagaimana tidak, dua dari tiga kelurahan di kecamatan itu yakni Kelurahan Pademangan Timur dan Pademangan Barat masuk kategori daerah rawan banjir.
Saat terjadi hujan deras dan rob, ketinggian genangan di beberapa rukun warga (RW) di wilayah itu bisa mencapai 20-80 sentimeter. Hal ini dikarenakan wilayah dengan luas 11, 9187 kilometer persegi itu belum memiliki waduk untuk menampung dan mengontrol sistem tata air.
Camat Pademangan, Yusuf Madjid mengakui hingga kini banjir masih menghantui warganya. Hal itu dikarenakan Pademangan tidak miliki waduk untuk menampung dan mengelola tata air sebelum dialirkan ke laut.
"Sebagai daerah yang memiliki tingkat kepadatan penduduk tinggi, Pademangan memiliki dua persoalan utama, yakni banjir dan kebakaran," kata Yusuf, Minggu (5/4).
Karena itu, saat Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) tingkat kota beberapa waktu lalu, pihaknya mengusulkan agar Kali Mati yang terletak di Jalan Baru dijadikan waduk. Pasalnya, kata Yusuf, banjir yang selama ini melanda wilayah Pedemangan akibat Kali Mati yang merupakan kanal dari Kali Ciliwung Lama menuju Kali Benyamin Suaeb sepanjang 1.500 meter dengan lebar 8 meter, kurang berfungsi maksimal. Padahal, sebanyak 8 saluran penghubung (PHB) langsung bermuara ke Kali Mati.
Alhasil, saat puncak musim penghujan lalu, tidak hanya kawasan Pademangan di sekitar Kali Mati yang terendam banjir. Kelurahan Gunung Sahari Utara, Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat yang letaknya bersebelahan dengan Pademangan juga tergenang akibat luapan Kali Mati.
"Kalau untuk membebaskan lahan seluas 12.000 meter persegi sangat sulit. Makanya kita usulkan Kali Mati diubah jadi Waduk," ujarnya.
"Kami yakin bila rencana ini terealisasi akan dapat mengatasi persoalan banjir di Pademangan," ungkapnya.