Senin, 26 April 2021 Reporter: Aldi Geri Lumban Tobing Editor: Toni Riyanto 2055
(Foto: Istimewa)
Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (PPAPP) berkolaborasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mengadakan webinar bertema Perempuan Tangguh Bencana untuk Keluarga Tangguh bencana.
Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan peringatan Hari Kartini pada 21 April sekaligus memperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana pada 26 April. Webinar ini diikuti 1.600 partisipan yang mengakses melalui Zoom meeting maupun siaran langsung (
live streaming ) di kanal Youtube.Adapun materi yang diberikan di antaranya, dampak bencana bagi perempuan, peran perempuan dalam penanggulangan bencana, dukungan untuk perempuan tangguh bencana, indikator penting dalam standar prosedur penanganan bencana, siklus penanganan bencana, strategi pengembangan ketangguhan masyarakat, dan pengelolaan risiko.
Kepala Dinas PPAPP DKI Jakarta, Tuty Kusumawati mengatakan, tema ini diangkat untuk memberikan pemahaman terkait hubungan gender dalam membentuk kehidupan perempuan dan laki-laki melakukan hal yang sangat penting dalam pengurangan risiko bencana.
"Ini dikarenakan perbedaan peran, tanggung jawab serta akses sumber daya antara laki-laki dan perempuan mempengaruhi bagaimana mereka akan terdampak oleh berbagai bencana dan pulih dari bencana,” ujarnya, Senin (26/4).
Tuty menjelaskan, berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), 60 sampai 70 persen korban bencana di Indonesia adalah perempuan dan anak. Pemprov DKI Jakarta memiliki program Pendataan Keluarga Satu Pintu melalui aplikasi Carik Jakarta yang diharapkan dari data tersebut dapat tergambarkan kerentanan keluarga Jakarta dari bencana.
"Kesiapsiagaan terhadap bencana merupakan salah satu hal esensial untuk dimiliki oleh masyarakat, khususnya kaum perempuan. Kesiapsiagaan terhadap bencana yang baik harus dimiliki mengingat jumlah korban banyak juga dari pihak perempuan," terangnya.
Ia menambahkan, dalam kesehariannya perempuan memiliki sejumlah aspek yang membuatnya menjadi salah satu pihak yang rawan menjadi korban bencana. Untuk itu, peningkatan kesiapsiagaan terhadap bencana mutlak diperlukan oleh kaum perempuan.
"Perempuan memiliki peran strategis dalam penanggulangan bencana dan sangat efektif dalam mentransfer pengetahuan dan wawasannya tentang kesiapsiagaan bencana kepada anak-anaknya, keluarga, dan lingkungan sekitarnya," ungkapnya.
Menurutnya, kesiapsiagaan bencana penting untuk menjadi perhatian sebagai upaya untuk membudayakan kesiapsiagaan akan potensi terjadinya bencana melalui kegiatan pelatihan secara terpadu, terencana, dan berkesinambungan guna meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan masyarakat menuju Indonesia Tangguh Bencana.
"Kegiatan kolaborasi ini diharapkan dapat berkelanjutan sehingga dapat menghasilkan perempuan tangguh bencana, perempuan sebagai guru siaga bencana, rumah sebagai sekolahnya yang akan berdampak kepada keluarga yang tangguh terhadap bencana," imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Seksi Pencegahan BPBD DKI Jakarta, Rian Sarsono mengatakan, Perka BNPB Nomor 13 Tahun 2014 tentang Pengarusutamaan Gender di Bidang Penanggulangan Bencana mengamanatkan penyetaraan peran dan kebutuhan dari perempuan dan laki-laki.
Perempuan dan laki-laki memiliki kesetaraan dalam akses kebencanaan, berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan kebencanaan, melakukan kontrol terhadap sumber daya, pengambilan keputusan, dan menerima manfaat dari kebijakan dan program penanggulangan bencana tersebut.
"Saat terjadi bencana, perempuan bukan hanya sebagai kelompok rentan dan di dapur umum menjadi juru masak, tapi perempuan mampu menjadi agen perubahan untuk merubah budaya yang ada di masyarakat untuk mampu lebih sensitif terhadap ancaman bencana yang terjadi. Bencana akan selalu mengintai dan akan menimbulkan dampak yang besar apabila kita lengah. Mari kita bersiap-siap dalam penanganan bencana," tandasnya.