Rabu, 04 November 2020 Reporter: Rezki Apriliya Iskandar Editor: Andry 1664
(Foto: Istimewa)
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menjadi pembina upacara dalam Apel Kesiapsiagaan Menghadapi Musim Hujan di lapangan JICT II, Tanjung Priok, Jakarta Utara pada Rabu (4/11). Dalam kesempatan tersebut, Anies menekankan protokol kesehatan yang harus dilaksanakan oleh seluruh aparat dan relawan dalam upaya penyelamatan masyarakat di masa pandemi COVID-19.
"Karena kita dalam suasana pandemi COVID-19, maka perhatikan seluruh protokol kesehatan dalam semua kegiatan kita. Berikan contoh kepada saudara-saudara sebangsa bahwa di Ibu Kota, kita melakukan ikhtiar penyelamatan dengan memperhatikan seluruh protokol kesehatan. Bahkan perahu-perahu yang disiapkan di sini sudah diberi tanda, perahu-perahu untuk mereka yang menjalani isolasi mandiri, mereka yang sedang melakukan isolasi, mereka yang terpapar dibedakan dengan perahu untuk masyarakat yang tidak terpapar. Begitu juga dengan tempat untuk pengungsian bila mereka harus mengungsi. Kapasitasnya ditingkatkan, jaga jaraknya didisiplinkan," ujar Anies seperti dikutip dari Siaran Pers PPID DKI Jakarta, Rabu (4/11).
Anies sebelumnya menjelaskan tantangan musim hujan di Jakarta bukan hanya di tengah pandemi COVID-19 yang masih terjadi, tetapi juga akibat fenomena La Niña yang mengakibatkan curah hujan di Indonesia akan meningkat signifikan. Karena itu, Anies kembali menegaskan tiga kata kunci utama yang menjadi prinsip bagi seluruh petugas, jajaran, dan relawan untuk menghadapi musim hujan yaitu siaga, tanggap dan galang.
1. Siaga artinya menyiapkan seluruh potensi yang dimiliki untuk menghadapi semua kemungkinan.
2. Tanggap bermakna selalu memantau dengan dekat perkembangan cuaca khususnya hujan sehingga dapat merespon dengan cepat apapun kondisinya. Tanggap akan menjadi bagian dari keseharian seluruh peserta apel di beberapa waktu yang akan datang. Karena itu, SOP yang sinergi antar seluruh unsur dipersiapkan agar dapat bekerja di lapangan dengan sebaik-baiknya.
3. Galang merupakan manifestasi dari kegotongroyongan bangsa dalam menghadapi bencana dengan menghimpun seluruh kekuatan dan saling memanggul bersama amanat yang diembankan. Seluruh kegiatan menjadi tanggung jawab bersama yang dikolaborasikan dengan baik
"Perlu saya sampaikan di sini, sistem drainase kota Jakarta memiliki ambang batas. Rata-rata memiliki kapasitas maksimal untuk menampung 100 mm hujan/hari. Rata-rata, ada yang 50, ada yang 70, ada yang 120, ada yang 150, tergantung kawasannya. Tapi rata-rata sekitar 100. Karena itu, apabila turun hujan dengan curah di bawah 100 maka kita harus memastikan Jakarta aman, tidak ada banjir. Di sisi lain, apabila curah hujan berada di angka di atas 100 seperti pada awal tahun ini di Bulan Januari kita mengalami curah hujan sebesar 377 mm/hari. 3,7 kali lipat dari kapasitas yang dimiliki. Sehingga mau-tidak mau air akan tergenang, terjadilah banjir," jelas Gubernur Anies.
Anies juga menjelaskan 3 (tiga) sumber tantangan Jakarta selama musim hujan. Pertama, curah hujan lokal ekstrem yang kini ditambah dengan fenomena La Niña. Kedua, hujan yang sangat intensif di kawasan pegunungan (hulu) dan membawa air ke kawasan pesisir (hilir). Saat hal itu terjadi, masyarakat diimbau bersiap, sebab perjalanan air dari Bendung Katulampa sampai dengan Jakarta diperkirakan sekitar 9-10 jam, 3 jam sampai Depok, lalu 6 jam sampai Manggarai. Kemudian yang ketiga adalah permukaan air laut yang meningkat di kawasan yang permukaan tanahnya mengalami penurunan, sehingga terjadi banjir rob.
"Tiga tantangan ini yang ada di depan kita. Hujan lokal, air kiriman dari pegunungan, dan banjir rob. Tahun ini apel dilaksanakan di kawasan pesisir untuk mengirimkan pesan kepada semuanya bahwa perhatian kita dalam penanganan banjir bukan saja air dari pegunungan, bukan saja hujan lokal, tapi juga kawasan pesisir pantai, pinggir pantai," pungkas Anies.
Anies kemudian menekankan dua indikator utama dalam keberhasilan menghadapi dampak musim hujan yang ekstrem adalah memastikan seluruh masyarakat selamat (tidak ada korban) dan genangan dapat surut dalam waktu kurang dari 6 jam setelah hujan reda. Kedua indikator tersebut harus mampu dicapai dan menjadi target bersama seluruh pihak dalam kesiapsiagaan menghadapi musim penghujan ini.
"Insya Allah semua yang bertugas diberikan kesehatan dan keselamatan. Berangkat sehat, pulang sehat, seluruh masyarakat sehat. Kepada Allah, kita meminta. Kepada Allah, kita memohon pertolongan. Dan insya Allah dengan keikhlasan, Allah SWT akan mengabulkan doa kita, akan menuntaskan ikhtiar kita, menjadikan Jakarta kota yang aman melewati musim penghujan ini," tutup Gubernur Anies.
Sejumlah 955 personel yang disiapkan terdiri dari:
- 265 Unsur perangkat daerah;
- 300 Unsur TNI;
- 120 Unsur Polri;
- 20 orang masing-masing dari tim SAR Jakarta, PMI, Baznas, Palyja, Aetra, PT PLN, PAM Jaya;
- 100 orang relawan penanggulangan bencana.
Sementara peralatan yang disiapkan sebagai berikut:
- tenda posko: 1 buah;
- tenda pengungsi: 1 buah;
- tenda pengungsi umum: 1 buah;
- tenda pengungsi rentan: 1 buah;
- tenda pengungsi kontak erat suspek COVID-19: 1 buah;
- tenda kesehatan: 3 buah;
- tenda dapur umum: 3 buah;
- truk personel: 9 unit;
- kendaraan berat: 3 unit;
- ambulans: 5 unit;
- kendaraan operasional: 22 unit;
- mobil dapur umum: 5 unit;
- perahu: 43 unit;
- ban dalam bekas: 100 buah;
- ring buoy: 10 buah.