Minggu, 15 Februari 2015 Reporter: Budhi Firmansyah Surapati Editor: Lopi Kasim 10553
(Foto: doc)
Pemerintah Kota (Pemkot) Administrasi Jakarta Utara menemukan lima penyebab terjadinya banjir dan genangan yang mengakibatkan 95 persen wilayah tersebut terendam banjir dengan ketinggian 30-150 sentimeter pada Senin (9/2) dan Selasa (19/2) lalu.
Pertama, genangan disebabkan 13 kali dan sungai yang bermuara di utara Jakarta belum seluruhnya dilengkapi tanggul. Hal itu menyebabkan debit air yang tinggi karena hujan deras dan kiriman dari hulu meluap.
Walikota Jakarta Utara, Rustam Effendi, mengatakan, hanya Kanal Banjir Timur, Kanal Banjir Barat dan Cengkareng Drain saja yang mempunyai tanggul relatif baik. Sedangkan lainnya, memiliki lebar dan kedalamannya yang sudah tidak ideal untuk menampung debit air kiriman dari hulu maupun curah hujan.
"Ditambah lagi semua sungai di Jakarta mengalami pendangkalan dan penuh sampah. Makanya meluap dan masuk ke pemukiman penduduk," tuturnya, Minggu (15/2).
Kedua, penurunan permukaan tanah karena penggunaan air tanah yang tidak terkendali sehingga permukaan air laut lebih tinggi dari darat. Apalagi sepanjang garis pantai Jakarta tidak mempunyai tanggul yang memadai sebagai penahan air laut pasang naik, dan juga sungai yang bermuara di Jakarta Utara langsung terhubung ke laut tanpa pintu air.
Ketiga, kondisi drainase yang buruk. Saluran mikro dan PHB banyak dipenuhi endapan lumpur, sampah dan banyak bangunan di atasnya.
Keempat, daerah resapan air semakin berkurang sementara kondisi sejumlah waduk pun tidak optimal untuk menampung air. Sebagian di antaranya mengalami pendangkalan, diserobot warga dan sedang dalam tahap pembuatan seperti Waduk Marunda dan Rorotan.
Terakhir, keadaan pompa air di Jakarta Utara, saat ini rata-rata sudah berusia tua dan memiliki kapitas sangat rendah, antara 1 meter kubik per detik sampai dengan 6 meter kubik per detik. Kondisi demikian menyebabkan pompa lamban saat membuang air dari sungai ke laut.
"Ditambah lagi pompa-pompa itu sangat bergantung pada pasokan listrik PLN yang menyatu dengan sambungan ke lingkungan pemukiman. Begitu PLN mematikan gardu karena ada genangan di pemukiman, pompanya juga mati," ungkap Rustam.
Rustam mencontohkan, pemadaman di kawasan Pluit, Penjaringan yang juga memutus aliran ke rumah pompa Waduk Pluit, Senin (9/2) dari pukul 11.45 sampai pukul 13.45, menyebabkan volume air meningkat drastis karena hanya sebagian pompa yang dapat dinyalakan menggunakan genset. Alhasil, keadaan itu berimbas terjadinya genangan di sejumlah lokasi di Jakarta Utara.
"Makanya kita sudah rekomendasikan seluruh kali dan sungai di DKI Jakarta dibenahi. Mulai dari pembuatan tanggul hingga sheet pile harus dimulai. Di kedua tepinya juga
dibangun jalan inspeksi," tandasnya.