Senin, 09 Maret 2020 Reporter: Folmer Editor: Toni Riyanto 3561
(Foto: doc)
Dinas Kebudayaan DKI Jakarta terus menyerap aspirasi yang disuarakan oleh warga, tokoh masyarakat, dan budayawan dalam upaya pelestarian budaya Betawi.
Upaya menyerap aspirasi tersebut dilakukan langsung Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, Iwan Henry Wardhana saat menggelar kunjungan ke sejumlah lokasi cagar budaya di Jakarta Utara, akhir pekan lalu.
Sejumlah lokasi cagar budaya yang dikunjungi di antaranya rumah si Pitung dan Masjid Al-Alam di Marunda, Masjid Kramat Luar Batang dan Kampung Bandan di Penjaringan.
Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, Iwan Henri Wardhana mengatakan, kunjungan pertama menyerap sejumlah aspirasi yakni penambahan prasarana dan sarana pendukung di areal rumah si Pitung berupa ornamen khas Betawi. Warga di RW 07 Marunda juga meminta lebih dilibatkan mengingat banyak kegiatan yang digelar di kawasan rumah si Pitung.
"Sementara itu, pengurus Masjid Al-Alam yang berlokasi tidak jauh dari rumah si Pitung mengusulkan perbaikan di sekitar areal cagar budaya," ujarnya, Senin (9/3).
Iwan menjelaskan, dirinya juga menyerap aspirasi para pesilat saat menghadiri acara Milad Perguruan Silat Betara (Betawi Jakarta Utara) di Kelurahan Malaka.
"Ternyata banyak padepokan silat Betawi di Jakarta Utara aktif. Mereka menyampaikan aspirasi bantuan berupa matras dan sebagainya untuk latihan silat," terangnya.
Ia menambahkan, dalam kesempatan itu dirinya juga menyerap aspirasi saat berdialog dengan pengurus Masjid Kramat Luar Batang.
"Diskusi bersama pengurus masjid Kampung Bandan juga mengaspirasikan penataan prasarana dan sarana mengingat banyaknya warga dari berbagai daerah yang datang berziarah," ungkapnya.
Sementara itu, pemerhati seni budaya Betawi, M Ichwan Ridwan Boim berharap, Dinas Kebudayaan dapat terus melakukan terobosan dan inovasi untuk tidak hanya melestarikan, tapi juga mengembangkan seni budaya Betawi di Jakarta.
"Khusus di Jakarta Utara, saya ingin ada Kampung Budaya Betawi Pesisir. Ini bisa menjadi salah satu destinasi wisata baru, sekaligus menggerakkan perekonomian," ucapnya.
Menurutnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta juga perlu membuat kebijakan yang semakin mendukung pelestarian dan pengembangan seni budaya Betawi.
"Saya memandang perlunya regulasi berupa peraturan gubernur yang bisa mengatur dan menjadi petunjuk pelaksanaa secara lebih spesifik, misalnya pergub terkait silat Betawi, kuliner Betawi, hingga ornamen Betawi," beber Boim, yang juga tokoh masyarakat Betawi Jakarta Utara.
Selain itu, Boim berharap agar penggunaan Batik Betawi bisa dilakukan di lingkungkan Pemprov DKI Jakarta, mulai dari tingkat provinsi hingga kelurahan.
"Ini bisa menjadi bagian dari promosi seni dan budaya Betawi yang akan memberikan banyak dampak positif bagi perajin," tuturnya.
Ia menambahkan, para pelajar di DKI Jakarta juga harus diberikan materi pembelajaran berkaitan dengan seni budaya Betawi. Sebab, hal itu sangat penting agar generasi penerus nantinya bisa ikut berkontribusi terhadap pelestarian dan pengembangan seni budaya Betawi.
"Tidak kalah penting, tentunya perlu dilakukan pengawasan, pelaksanaan atau implementasi di lapangan," tandasnya.