Kamis, 22 Januari 2015 Reporter: Nurito Editor: Widodo Bogiarto 4709
(Foto: doc)
Puluhan bangunan liar yang berada di kolong Jembatan Ciliwung di Jalan Abdullah Syafii, Kampung Melayu, Jakarta Timur, Kamis (22/1), ditertibkan petugas gabungan.
Sebanyak 80 kepala keluarga (KK) yang mayoritas berprofesi sebagai pemulung itu diketahui sudah lebih 10 tahun menempati pemukiman liar tersebut. Rencananya mereka akan dipulangkan ke kampung halamannya masing-masing.
Kepala Suku Dinas Sosial Jakarta Timur, Masyudi mengatakan, pihaknya akan menyiapkan kendaraan untuk mengangkut sedikitnya 250 jiwa itu ke kampung halamannya. Namun sebelumnya ia akan berkoordinasi dengan aparat kelurahan setempat untuk melakukan pendataan.
"Pelaksanaan pemulangan menunggu proses penertiban selesai. Kita akan koordinasi dengan kelurahan untuk pendataan. Yang tidak memiliki KTP DKI akan kita pulangkan ke kampung halamannya," jelas Masyudi.
Penertiban tersebut melibatkan 200 personel yang terdiri dari Satpol PP, TNI, Polri dan Suku Dinas Perhubungan. Seluruh material bangunan kemudian diangkut menggunakan 15 truk milik Dinas Kebersihan DKI.
Walikota Jakarta Timur, Bambang Musyawardhana mengatakan, penertiban dilakukan karena keberadaan hunian liar sangat membahayakan. Terlebih Gubernur Basuki Tjahaja Purnama sudah melihat sendiri saat menaiki perahu karet menyusuri Kali Ciliwung beberapa waktu laku.
"Kami sudah peringatkan tiga kali, namun mereka tidak mau pindah. Hari ini semua kita tertibkan dan tidak ada relokasi. Karena mereka adalah para pendatang. Jadi kita akan pulangkan ke kampung halamannya masing-masing," ujar Bambang.
Bambang Menuturkan, pasca penertiban, lokasi tersebut akan ditata ulang oleh Dinas Tata Air DKI. Rencananya kolong jembatan bakal ditutup menggunakan sheet pile agar tidak lagi dimanfaatkan warga sebagai hunian liar.
Pantauan beritajakarta.com, di lokasi ini terdapat puluhan bangunan terbuat dari triplek dan material bekas lainnya. Puluhan gerobak nampak diparkir secara acak di sepanjang kolong jembatan tersebut. Tumpukan barang bekas, mulai dari kardus, koran, botol bekas air mineral ditumpuk di tiap sudut. Bahkan di kolong ini terdapat belasan kandang ayam milik para pemulung.
Di kolong jembatan ini, warga juga bisa menikmati aliran listrik. Setiap bulannya masing-masing KK dikutip iuran listrik sebesar Rp 30 ribu. Selain untuk penerangan, listrik juga digunakan untuk pompa air.
Di kolong jembatan ini terdapat sekitar lima kamar mandi yang digunakan untuk keperluan mandi dan mencuci pakaian serta perabot rumah tangga mereka.
Evi (35), salah satu penghuni kolong jembatan menuturkan, ia baru dua tahun tinggal di lokasi ini. Perempuan asal Pemalang, Jawa Tengah ini, sehari-harinya berprofesi sebagai pemulung.
Setelah gubuknya ditertibkan petugas, ia mengaku tidak tahu harus tinggal dimana lagi. Untuk mengontrak rumah, ia mengaku tidak sanggup, karena hasil memulung hanya cukup untuk makan sehari-hari bersama keluarganya.
"Kalau sudah begini mau kemana lagi juga saya tidak tahu," tukas Evi.