Rabu, 18 September 2019 Reporter: Wuri Setyaningsih Editor: Budhy Tristanto 2348
(Foto: Wuri Setyaningsih)
Di antara reruntuhan puing bangunan dan sisa asap mesiu, dua paramedis tampak cekatan membawa orang yang terluka ke dalam ambulans. Di bagian lain, terlihat aksi dokter sedang menangani pasien terluka parah dengan operasi darurat di salah satu wilayah konflik. Ada pula dokter wanita sedang bercengkerama dengan bocah lelaki
pada salah kamp pengungsian.Aksi para tenaga medis yang tergabung dalam organisasi Médecins Sans Frontières (MSF) atau Dokter Lintas Batas di berbagai lokasi belahan dunia ini, terekam dalam jepretan kamera foto. Sebagian potret itu, dipamerkan di Stasiun MRT Bundaran HI Exit B, Jakarta Pusat, mulai 18 hingga 22 September mendatang.
Sekitar 48 potret aksi kemanusian yang dipamerkan di ruang itu, menarik perhatian penumpang Kereta Ratangga. Prayoga Adi (19), salah seorang penumpang mengaku, foto-foto yang di pajang sangat mengandung unsur kemanusiaan. Menurutnya apa yang dilakukan oleh para dokter di lintas batas sangat berani dan perlu diapresiasi.
"Dari foto-foto ini saya melihat peran dokter lintas batas sangat berjasa sekali dan sangat dibutuhkan oleh mereka yang membutuhkan." ujarnya, Rabu (18/9).
Hal serupa juga diungkapkan Zulaikha, melalui foto-foto ini, ia tergerak ingin melakukan hal yang lebih dalam kehidupanya agar lebih bermanfaat bagi lingkungan sekitar.
"Jadi terpacu untuk melakukan lebih dari sisi positifnya, ke lingkungan sekitar. Ini sekaligus menjadi pelajaran bagi kita," tutur perempuan berusia 35 tahun yang bekerja pada salah satu perusahaan swasta di bilangan Jl Sudirman, Jakarta Pusat.
Keinginan Zulaikha ini, sejalan dengan harapan Kepala Divisi Corporate Secretary PT MRT Jakarta, Muhammad Kamaluddin dan Direktur Medecins Sans Frontieres di Indonesia, Daniel von Rège. Mereka berharap foto yang dipamerkan ini dapat menarik dan menggugah kepedulian masyarakat Jakarta terhadap isu kemanusian di dunia,
"Setelah melihat pameran ini, masyarakat dapat belajar dari pengalaman dan merasakan kepedulian isu kemanusiaan di seluruh dunia," ucap Kamaluddin.
Sekadar diketahui, Médecins Sans Frontières (MSF) dibentuk pada 1971 oleh sekelompok kecil dokter Prancis setelah separasi Biafra. Organisasi yang di Amerika dikenal dengan nama Doctors Without Borders ini merupakan organisasi kemanusiaan medis internasional independen yang memberikan bantuan darurat bagi masyarakat korban konflik bersenjata, epidemi, orang-orang yang tidak mendapatkan layanan kesehatan serta korban bencana alam.