Jumat, 03 Oktober 2014 Reporter: TP Moan Simanjuntak Editor: Dunih 9583
(Foto: TP Moan Simanjuntak)
Pasar Slipi Jaya di Jl Anggrek Garuda, Kemanggisan, Palmerah, Jakarta Barat, kondisi plafonnya rusak parah dan butuh perbaikan dari PD Pasar Jaya
. Hal itu tampak dari rangka kayu pada plafon di lantai dua yang mengalami pelapukan akibat dimakan rayap dan terkena air limpasan dari atap yang bocor. Alhasil, karena sudah banyak tripleksnya yang jebol, membuat lantai dua pasar tersebut sejak lima tahun lalu tidak difungsikan.Anton (45) pemilik usaha percetakan di lantai satu Pasar Slipi Jaya mengatakan, lantai dua pasar tersebut dulunya terdapat bioskop, arena biliar dan permainan dingdong. Namun, karena pengelolanya bangkrut sejak lima tahun lalu, gedung itu pun tidak difungsikan lagi hingga akhirnya mengalami kerusakan pada plafon.
“Kalau hujan bocor parah, sampai turun ke bawah,” ujar Anton, Jumat (3/10).
Kepala Pasar Slipi Jaya, Yusuf membenarkan, jika kondisi bangunan pasar saat ini terbilang tidak layak. Kerusakan bangunan, khususnya atap dan plafon di lantai dua bekas bioskop itu cukup memprihatinkan. Rencananya di bulan ini PD Pasar Jaya akan sedikit melakukan perbaikan kerusakan tersebut.
“Informasi dari kantor pusat, Oktober ini sudah akan diperbaiki seluruh atap dan plafon yang rusak dan bocor. Anggarannya sudah turun,” ungkapnya.
Ia mengakui, sejak masa pakai bangunan pasar itu habis tahun 2010 lalu, bangunan pasar berkapasitas 750 kios tersebut belum tersentuh pembenahan. Hampir separuh dari total kios di pasar itu juga banyak yang tutup. Namun, hanya 400 kios yang masih aktif. “Di setiap lantainya hanya 30 persen terisi, yang melompong itu di lantai basement. Hanya 10 kios saja yang terisi, itupun kios onderdil," tuturnya.
Ia juga mengaku prihatin dengan sepinya pasar. Di samping kalah bersaing dengan Plaza Slipi Jaya yang berseberangan, bangunan pasar yang beroperasi lebih dari 20 tahun lalu itu kini kondisinya rusak parah. Selain itu, tidak terkelolanya area parkir, juga membuat area pasar seluas 6.000 meter persegi itu semrawut, karena banyak parkir liar bermunculan.
“Sejauh ini hanya kebersihannya saja yang bisa kami jaga, bisa terlihat tak ada sampah yang berserakan. Untuk pemeliharaan kami hanya menarik retribusi Rp 4.000 per hari,” tandasnya.