Senin, 22 September 2014 Reporter: Folmer Editor: Agustian Anas 3752
(Foto: Wahyu Ginanjar Ramadhan)
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan, konsep pembangunan tanggul laut raksasa di Korea Selatan (Korsel) sangat berbeda dengan Giant Sea Wall yang akan dibangun di Pantai Utara Jakarta. Kesimpulan tersebut diperoleh Basuki usai berkunjung selama tiga hari ke Negeri Gingseng tersebut untuk menghadiri pembukaan Asian Games 2014 di Incheon.
"Konsepnya beda sekali. Konsep Jakarta Giant Sea Wall mau buat waduk jadi reservoir air (bangunan penampungan air minum). Itu saya kira enggak masuk akal setelah lihat di Korsel. Di sana saja, mereka hanya bangun untuk penahan ombak," ujar Basuki di Balaikota, Senin (22/9).
Ia mengatakan, tanggul raksasa di Saemangeum sepanjang 33,9 kilometer memang sempat dibangun menjadi penampungan air, namun gagal. "Semua air kotor masuk ke dalam waduk sehingga tidak bisa dimanfaatkan, bahkan untuk lahan pertanian," katanya.
Meski demikian, kata Basuki, apa yang dilihatnya di Korsel masih bisa diterapkan di Jakarta. "Turap yang dibangun di tanggul Saemangeum, Korsel masih bisa dicontoh paling tidak untuk mencegah agar Jakarta tidak tenggelam," tutur mantan Bupati Belitung Timur.
Pria yang akrab disapa Ahok itu menambahkan, kerjasama dengan Korsel akan tetap dilakukan, khususnya untuk desain pembangunan tanggul raksasa Giant Sea Wall.
"Iya, mereka sudah ada berpengalaman. Jadi orang Korsel ini dari zaman nenek moyangnya dulu sudah membangun penahan ombak. Karena di sana ombaknya ganas," ungkapnya.
Namun untuk teknik pengerjaan, Basuki lebih cocok meniru konsep di Rotterdam, Belanda. "Sebetulnya, kita lebih cocok Rotterdam," tukasnya.