Minggu, 16 Juli 2017 Reporter: Keren Margaret Vicer Editor: Toni Riyanto 28131
(Foto: Keren Margaret Vicer)
Pergerakannya begitu atraktif dan energik. Dua pria yang mengenakan baju pangsi nampak berusaha saling menyerang satu dengan yang lainnya. Bermula dari pertarungan menggunakan tangan kosong, berujung dengan menggunakan sebilah golok.
Ya, meski begitu terlihat seru, ini bukanlah perkelahian sungguhan. Tapi, latihan yang rutin dilakukan murid dari Sanggar Pencak Silat Betawi Haji Hasbullah.
Haji Hasbullah bin Misin atau akrab disapa Kong Has dulunya belajar langsung ilmu silat ini kepada dua gurunya yakni, Haji Marhali dan Haji Ghozali.
Silat Haji Hasbullah mewarisi seni beladiri asli Betawi dengan aliran Beksi. Aliran ini termasuk yang paling dikenal luas masyarakat selain aliran Cingkrik. Aliran Beksi mempunyai 12 jurus asli dan delapan jurus pengembangan. Salah satu ciri khas aliran ini adalah mengandalkan pukulan terbalik.
Pimpinan Sanggar Pencak Silat Beksi Haji Hasbullah, Muhammad Nahrrowin menuturkan, Beksi bermakna pertahanan dari empat penjuru. Beksi juga dapat dimaknai dengan "Berbaktilah Engkau Kepada Seruan Ilahi". Ini merupakan aplikasi perbuatan baik yang wajib dijalani setelah seseorang belajar Beksi.
"Jurus-jurus dalam silat Beksi di antaranya, jurus dasar, gedik, tancap, cauk dan broneng," ungkap pria yang akrab disapa Bang Erwin, kepada Beritajakarta belum lama ini.
Dijelaskannya, bagi yang ingin belajar silat Beksi Haji Hasbullah bisa menyambangi Jl HM Rahun, RT 02/01, Nomor 43, Kelurahan Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat. "Latihan dilakukan pada Rabu malam dan Jumat malam. Terbuka untuk anak-anak hingga dewasa," katanya.
Menurut Erwin, mereka yang belajar tidak diminta bayaran khusus. Hanya seikhlasnya saja, terpenting mereka mau belajar dengan sungguh-sungguh. "Ilmu ini tidak bisa dijual. Kalau sekarang ada 60 murid dari berbagai daerah di Ibukota yang sedang belajar," ujarnya.
Sanggar Silat Betawi Haji Hasbullah ini sudh berdiri sejak sembilan tahun lalu. Erwin berharap, silat Betawi tetap bisa eksis dan tidak kalah pamor dengan seni beladiri dari luar negeri seperti, karate dan taekwondo. "Saya terus berjuang untuk melestarikan warisan leluhur ini. Selain di sanggar, saya juga memberikan pelatihan di sekolah," tutur pria berambut gondrong ini.
Ia menambahkan, bantuan dari pemerintah untuk terus memperhatikan dan membantu sanggar Betawi yang ada di setiap kelurahan di DKI Jakarta sangat dinantikan.
"Siape lagi yang bisa menggembangkan seni asli Betawi, jika tidak ditopang oleh pemerintahnya sendiri. Ini budaye kite, musti dan kudu dibantu," tandasnya.