Kamis, 04 Mei 2017 Reporter: Budhi Firmansyah Surapati Editor: Budhy Tristanto 2090
(Foto: Ilustrasi)
Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta mencatat, selama periode April, deflasi mencapai 0,02 persen. Angka ini lebih tinggi dari statistik nasional yang mengalami inflasi 0,09 persen.
Kepala BPS DKI Jakarta, Thoman Pardosi mengatakan, deflasi di Jakarta disebabkan oleh kelompok pengeluaran bahan makanan dan kelompok kesehatan. Banyaknya pasokan di pasar juga menyebabkan inflasi kelompok bahan makanan mencapai -1,14 persen.
"Seperti harga cabai yang sempat Rp 115 ribu per kilogram kini turun sekitar 40 persen," ujarnya, Kamis (4/5).
Dikatakan Thoman, berdasarkan 461 komoditi yang didata, yang memberikan sumbanngan deflasi di antaranya komoditi cabai merah (-0,0735 persen), bawang merah (-0,0453 persen), cabai rawit (-0,0423 persen) dan angkutan udara (-0,0306 persen). Sementara komoditi lainnya memberikan sumbangan deflasi di bawah 0,02 persen
Selain kelompok pengeluaran bahan makanan, juga tercatat kelompok kesehatan (-0,22 persen) dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan (-0,02) yang mencatatkan deflasi.
Sedangkan dua kelompok yang mengalami inflasi tertinggi adalah kelompok sandang (0,55 persen) dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (0,46 persen).
Ditambahkan Thoman, menjelang Ramadan pada akhir Mei mendatang, pasokan bahan makanan harus diwaspadai agar tidak terjadi kelangkaan stok di pasaran. Sehingga kenaikan tarif dasar listrik (TDL) yang potensial memicu inflasi dapat diimbangi dengan pasokan bahan makanan yang terjaga.
"Kalau kita meminta masyarakat membatasi demand kan tidak mungkin. Yang harus dilakukan menjaga suplai," tutupnya.