Rabu, 30 Juli 2014 Reporter: Hendi Kusuma Editor: Widodo Bogiarto 6064
(Foto: doc)
Kawasan Kota Tua akan semakin sulit menjadi destinasi wisata bertaraf internasional. Penyebabnya yang hingga saat ini belum dapat diatasi adalah keberadaan pedagang kaki lima (PKL) yang membuat kawasan itu kumuh. Masalah ini tidak hanya sekarang, tapi sudah menahun. Penataan PKL yang terkesan gagal berdampak buruk ke seluruh aspek infrastruktur pendukung di kawasan tersebut.
Dari pantauan beritajakarta.com, meski sudah berkali-kali ditertibkan, namun keberadaan PKL di Kota Tua terus menjamur. PKL tak hanya menempati area Taman Fatahillah. Tapi, seluruh ruang kosong yang ada di seantero Kota Tua, termasuk trotoar jalan. Seperti di Jl Kali Besar Timur, Jl Kunir, serta di seluruh pintu masuk taman yang dulu dikenal sebagai kluster pedagang resmi. Imbasnya wajah Kota Tua makin semrawut dan arus lalu lintas di kawasan itu menjadi tersendat.
"Kawasan Kota Tua makin semrawut dan kumuh karena banyaknya PKL yang berjualan. Harusnya ditata dengan rapi sehingga lebih tertib," ujar Sumiyati (34), wisatawan Kota Tua asal Nganjuk, Rabu (30/7).
Berdasarkan data Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Perdagangan (KUMKMP) DKI Jakarta, pertumbuhan PKL di lokasi itu mencapai 200 persen. Dari total 260 pedagang binaan yang terdata sejak Agustus 2013, jumlahnya kini mencapai lebih dari 700 pedagang.
Camat Tamansari, Paris Limbong mengatakan, pihaknya rutin menggelar penertiban dengan mengerahkan sebanyak 30 petugas gabungan. Penertiban dilakukan di seputar kawasan Kota Tua, mulai dari Jl Lada, Pintu Besar Utara, depan Stasiun Kota, depan Bank BNI, Bank Mandiri, dan lainnya.
“Semua, baik gerobak maupun lapak yang kami tertibkan dan angkut ke truk merupakan pedagang makanan dan minuman
. Tindakan itu kami lakukan karena keberadaan PKL, selain membuat kawasan Kota Tua jadi tampak semrawut juga membuat jalan-jalan di kawasan tempat mereka mangkal jadi rawan kemacetan,” ujar Paris