Sabtu, 05 Juli 2014 Reporter: Andry Editor: Widodo Bogiarto 4919
(Foto: doc)
Memasuki hari ketujuh Ramadhan, kemacetan di kawasan Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat makin parah. Warga tumpah ruah di pasar tekstil terbesar di Indonesia tersebut untuk berburu baju-baju muslim, pakaian shalat hingga kurma. Mulai dari Pasar Blok A, Blok B, Blok G, Blok F, Pasar Metro, Thamrin City hingga kawasan pedagang kaki lima. Beragam upaya sudah dilakukan Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta untuk mengurai kemacetan, mulai dari penertiban parkir liar hingga merazia angkutan umum, namun hasilnya belum menggembirakan.
Kepala Dishub DKI, Muhammad Akbar mengakui, pihaknya kewalahan mengatasi kemacetan di Tanah Abang. Pasalnya akar persoalannya sangat rumit dan kompleks. Selain itu, selama Ramadhan ini, volume kendaraan yang melintas di ruas jalan tersebut makin melonjak. Belum lagi aktifitas bongkar muat kendaraan ekspedisi juga meningkat.
"Masalah lalu lintas di Tanah Abang itu rumit. Soalnya sudah terkombinasi sama beberapa permasalahan," kata Akbar melalui sambungan telepon, Sabtu (5/7).
Akbar menjelaskan, persoalan lain yang menjadi biang keladi kemacetan kawasan Pasar Tanah Abang yakni keberadaan parkir liar serta perilaku buruk sopir angkot dan pengojek yang kerap mangkal di bahu jalan. "Makanya kita sering lakukan operasi cabut pentil kepada kendaraan yang melanggar. Namun efeknya belum 100 persen membuat mereka jera," ujarnya.
Dari pantauan beritajakarta.com, sejumlah pejalan kaki di sekitar Pasar Tanah Abang agak sulit mencari jalan keluar di antara mobil-mobil yang mengalami kemacetan. Terutama di depan Blok A dan Blok B. Mobil pribadi, kendaraan umum seperti Mikrolet dan bus, serta Metro Mini, kendaraan bermotor, troli pengangkut barang belanjaan, dan pejalan kaki, semua tumplek dalam kebisingan bunyi klakson mobil dan motor.
Pengamat Perkotaan, Yayat Supriyatna membenarkan, kemacetan di kawasan Pasar Tanah Abang sudah sangat kompleks dan rumit. Namun hal itu dinilai tidak akan terjadi apabila dinas terkait melakukan upaya pencegahan. "Seharusnya sebelum puasa, Dinas Perhubungan DKI membuat rekayasa lalu lintas agar kawasan itu bisa lebih tertata," tuturnya.
Karena tak ada antisipasi, lanjut Yayat, kemacetan di kawasan Pasar Tanah Abang menjadi kian rumit. Imbasnya,
Dinas Perhubungan DKI tidak bisa melakukan apa-apa karena persoalan yang terjadi di lapangan sudah terlalu kompleks.Yayat mengungkapkan, tindakan pencegahan lain yang bisa dilakukan salah satunya dengan mensterilkan kawasan Pasar Tanah Abang dari kendaraan pribadi. Misalnya dengan membuat park dan ride dalam jarak lima kilometer dari kawasan tersebut. "Melalui cara demikian, kawasan Tanah Abang tidak akan separah ini meski ada Angkutan Perbatasan Terintegrasi Busway (APTB)," lanjutnya.