Rabu, 08 Juni 2016 Reporter: Erna Martiyanti Editor: Nani Suherni 3628
(Foto: Ilustrasi)
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama mengikuti langkah yang dilakukan oleh Belanda untuk mengatasi masalah banjir di Ibukota. Karena secara geografis, kondisi daratan Jakarta sama dengan Belanda, yakni berada dibawah muka air laut.
"Saya nggak pintar, jadi saya ikutin saja Belanda. Belanda negaranya tenggelam delapan meter di bawah air laut," kata Basuki di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (8/6).
Basuki mengatakan sama seperti Belanda, di Jakarta juga harus dibangun tanggul untuk mengamankan daratan. Tanggul yang dimaksud adalah National Capital Integrated Coastal Development Masterplan (NCICD) tipe A. Tanggul tersebut berbeda dengan rencana pembangunan Giant Sea Wall.
"Jadi Giant Sea Wall beda cerita ya. Anda harus bedakan Giant Sea Wall dengan tanggul A. Giant sea wall itu cerita 30 tahun yang akan datang," ucapnya.
Basuki mencontohkan kawasan Waduk Pluit saat ini sudah aman lantaran telah dibangun tanggul. Jika kawasan tersebut tidak dibangun tanggul maka sewaktu-waktu air laut bisa menenggelamkan Jakarta saat rob.
"Sekarang Waduk Pluit sudah aman, karena sudah ada tanggul tinggi. Kan dulu cuma 30 sentimeter, kalau roboh, 15 ribu orang mati, yang tinggal di waduk pluit. Karena air laut itu, kayak tsunami," ujarnya.
Hal serupa juga bisa terjadi di kawasan Pasar Ikan, Penjaringan. Sehingga Basuki berencana untuk membuat tanggul. Tahap awal pihaknya telah merelokasi warga yang berada di kawasan itu.
"Pasar Ikan tuh juga terancam enggak bisa dipompa ke laut airnya, justru air lautnya masuk. Makanya kami mau bikin tanggul. Tahun ini mau kami selesaikan tanggul," tandasnya.