Kamis, 26 Juni 2014 Reporter: Erna Martiyanti Editor: Lopi Kasim 6584
(Foto: doc)
Pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) hingga saat ini terus dikerjakan. Namun, diperkirakan target penyelesaian akan mundur dua bulan dari jadwal yang telah ditetapkan. Sebab, dalam pekerjaan ditemukan masalah dilapangan, sehingga menghambat pembangunan moda transportasi berbasis rel tersebut.
Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, mengatakan, kendala yang dihadapi di lapangan salah satunya yakni masalah utilitas, seperti pipa gas, telepon, listrik, PAM, serta fiber optik.
“Pembangunan MRT memang jalan terus. Tinggal soal utilitas yang belum selesai, karena ada masalah utilitas gas, PLN dan Telkom. Ya, agak telat sedikit, satu atau dua bulan dari jadwal yang ada,” ujar Basuki, usai Seminar Mencari Model Pembangunan Infrastruktur Transportasi Publik Kota Jakarta, di salah satu hotel di Jakarta Pusat, Kamis (26/6).
Penyebab lain keterlambatan pembangunan MRT, kata Basuki, yakni masalah pembebasan lahan. Salah satu lokasi yang belum dapat dibebaskan adalah Perumahan Polri Lebak Bulus. Untuk pembebasan lahan tersebut masih menunggu izin dari P
residen.Selain itu, lahan untuk membangun jalan pengganti di lokasi Stasiun Lebak Bulus, Cipete, Haji Nawi, Blok A, dan Blok M, serta jalur layang di Jalan Kartini juga masih dalam tahap negosiasi harga. Padahal, seharusnya lahan-lahan itu sudah bebas pada Februari-Maret 2014 lalu.
“Lahan perumahan Polri itu cuma tukar saja. Kita juga lambat sih. Menteri Keuangan itu bilang, kita bisa lepasin, tapi kamu juga lepasin buat saya yaitu Kantor Walikota Jakarta Selatan. Aku sudah oke dan ngomong dari tahun lalu ke BPKD, tapi BPKD kita kerja lambat. Makanya mau kita ganti kepala BPKD. Aku mau kirim surat ke Kementerian Dalam Negeri untuk ganti Kepala BPKD,” ujarnya.
Diakui Basuki, dirinya tidak ingin pembangunan MRT terkendala, sehingga penyelesaian pembangunan fisiknya tidak tepat sesuai dengan jadwal. Karena MRT menjadi tulang punggung transportasi di Jakarta selain Kereta Rel Listrik (KRL) yang dikelola PT KAI. “Karena bagaimana pun, tulang punggung utama transportasi di Jakarta adalah transportasi berbasis rel seperti KRL, termasuk MRT. Karena MRT dan KRL kalau diterjemahkan tuh mirip. Bentuknya sama, semuanya sama kok,” ucapnya.
Saat ini pembangunan MRT sudah masuk dalam pembangunan skala besar. Bahkan, tahapan proses penggalian stasiun bawah tanah yang merupakan dimulainya tahapan konstruksi skala besar di titik Bundaran Hotel Indonesia (HI) telah dilakukan sejak 4 April lalu. Saat ini pembangunan skala besar telah menyentuh titik Jl Sisingamangaraja.