Rabu, 01 Juni 2016 Reporter: Jhon Syah Putra Kaban Editor: Andry 8188
(Foto: Jhon Syah Putra Kaban)
Di usianya yang telah memasuki 489 tahun, Jakarta tetap memfokuskan diri membenahi persoalan banjir, kemacetan dan permukiman kumuh. Tiga persoalan besar yang masih menjadi pekerjaan rumah (PR) tersebut tidak bisa terwujud tanpa dukungan dan campur tangan warga.
"Masalah seperti kemacetan, banjir dan penataan pemukiman kumuh masih tetap jadi pembenahan, mungkin kita bisa belajar dari Singapura yang sudah lebih dulu melakukannya," kata Sutanto Soehodho, Deputi Gubernur Bidang Industri Perdagangan dan Transportasi DKI Jakarta saat ditemui dalam acara Lokarya Jakarta Menuju Kota yang Berkelanjutan dan Layak Huni kerjasama Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dengan centre for liveable cities Singapura di Balai Kota, Rabu (1/6).
Ia menjelaskan, saat ini berbagai langkah telah dilakukan Pemprov DKI Jakarta untuk mengatasi persoalan yang kompleks di Ibukota. Langkah tersebut diimplementasikan melalui program-program seperti penanganan banjir dengan pengerjaan pengerukan kali, waduk dan sungai serta pembangunan tanggul di utara Jakarta.
"Alat transportasi seperti Transjakarta juga sudah disiapkan dan siap mengangkut penumpang hingga keluar Jakarta," sambungnya.
Sutanto melanjutkan, pembangunan sarana transportasi dalam kota seperti Mass Rapid Transit (MRT) juga terus dikebut Pemprov DKI Jakarta. Saat ini juga tengah dipersiapkan pembangunan Light Rail Transit (LRT) sebagai angkutan massal untuk mengangkut penumpang.
"Dalam peningkatan kualitas kota kita juga lakukan penataan pemukiman kumuh dengan penambahan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA). Semua ini tidak bisa terwujud tanpa dukungan dari warga Jakarta," tandasnya.