Kamis, 12 Juni 2014 Reporter: Hendi Kusuma Editor: Widodo Bogiarto 5936
(Foto: doc)
Kampung Apung, Kelurahan Kapuk, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat menjadi salah satu contoh dari sekian banyak perkampungan kumuh di ibu kota Jakarta.Padahal, wilayah ini pernah meraih predikat sebagai kampung paling rapi, bersih, dan indah se-Jakarta Barat pada 1980-an. Tetapi, kini daerah tersebut menjadi kumuh yang selama 20 tahun terakhir selalu kekurangan air bersih. Warga meminta supaya Pemprov DKI membenahi penyaluran air bersih di lingkungan mereka.
Salah seorang warga Kampung Apung RT 10/01, Sri Lestari (43) mengaku, selama 20 tahun dirinya selalu membeli air bersih yang dijajakan pedagang air keliling untuk kebutuhan rumah tangganya. Pasalnya, kualitas air tanah di lingkungannya sangat buruk lantaran telah tercemar limbah dan timbunan sampah. Apalagi tempat tinggalnya sekarang dahulu merupakan bekas rawa yang kemudian diuruk untuk pemukiman.
"Kami berharap soal air bersih lebih diperhatikan. Soalnya banyak warga Kampung Apung susah cari air bersih. Malah mesti beli setiap hari," keluh Sri, Kamis (12/6).
Selain itu, lingkungan RT 10/01 juga belum memiliki saluran pembuangan air limbah rumah tangga yang memadai. Sehingga limbah hasil rumah tangga langsung menyerap kedalam tanah. "Saya berharap Pemprov DKI bersedia mamasang pipa saluran air di wilayah kami secara cuma-cuma, karena biaya pemasangan pipa air PAM cukup mahal, sekitar Rp 1 juta" ujar Sri.
Senada dengan Sri, Nurahman (53) warga asli Kampung Apung, juga mengeluhkan hal yang sama. Menurutnya keterbatasaan air bersih dilingkungan sudah terjadi sejak tahun 1995. Diakuinya, lingkungan sekitar Kampung Apung saat ini sudah rusak. Sebab telah terjadi pengurukan dan penimbunan sampah pada tahun 2005 hingga 2009 lalu. Karena dulunya, Kampung Apung akan dijadikan tempat pembuangan sampah akhir (TPA) untuk wilayah Jakarta Barat, namun kandas.
"Kampung ini dulunya ingin dijadikan TPA tapi gagal. Kini tinggal timbunan sampah yang telah bercampur dengan tanah, sehingga kualitas air tanah sangat buruk" jelas Nurahman.
Menurutnya, warga sudah bosan dengan janji-janji sejak Jakarta dipimpin Gubernur Surjadi Soedirja hingga kini Gubernur Joko Widodo. ”Hingga kini penderitaan kampung kami belum berakhir. Kami berharap siapa saja yang memimpin Jakarta dapat mengembalikan kondisi kampung seperti semula,” tuturnya.