Jumat, 18 Maret 2016 Reporter: Erna Martiyanti Editor: Rio Sandiputra 4808
(Foto: Reza Hapiz)
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama memprediksi operasional Mass Rapid Transit (MRT) molor dari jadwal yang ditentukan. Pembebasan lahan merupakan salah satu kendala dalam pembangunannya.
"Pembangunannya masih sesuai progres. Cuma pembebasan tanah yang atas ada kendala. Kita akan selesai pada 2018, mungkin operasinya mulai 2019," ujar Basuki di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (18/3).
Pembebasan lahan diperlukan untuk MRT layang di Jalan Raya Fatmawati, Jakarta Selatan. Molornya operasional MRT karena kesalahan pihak kontraktor asal Jepang saat mencetak Green Box.
"Kemarin kontraktor agak ngaco sudah saya keluarin. Kontraktor dari Jepangnya enggak benar juga. Ada 57 green box salah cetak," katanya.
Basuki meminta Direksi PT MRT untuk lebih memperhatikan pekerjaan. Sehingga bisa meninimalisir kesalahan seperti sebelumnya. "Makanya saya bilang sama direksi, kalian itu harus seperti mengurus bayi. Tapi, barang kami sudah rusak. Nah, itu yang saya kritik kepada direksi," tuturnya.
Basuki menilai pengawasan dari direksi sangat kurang, bahkan lebih banyak acara seremonial yang dilakukan. Sehingga beberapa pekerjaan tidak diawasi dengan baik. "Terlalu banyak bukan pengawasan, tapi seremonial. Enggak bisa seperti itu," ucapnya.
Pembangunan megaproyek MRT koridor selatan-utara (Lebak Bulus-Bundaran HI) saat ini masuk dalam konstruksi fisik dengan 13 stasiun dan satu depo.
Terdiri dari tujuh stasiun layang (Lebak Bulus-Fatmawati-Cipete Raya-Haji Nawi-Blok A-Blok M-Sisingamangaraja) dan enam stasiun bawah tanah (Senayan-Istora-Bendungan Hilir-Setiabudi-Dukuh Atas-Bundaran HI).