Jumat, 22 Januari 2016 Reporter: Aldi Geri Lumban Tobing Editor: Rio Sandiputra 9065
(Foto: Ilustrasi)
Puskesmas Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan terus memaksimalkan program dokter keliling (Dokling) untuk deteksi dini penyebaran HIV dan infeksi menular seksual (IMS). Terutama populasi kunci gay, waria dan lelaki seks lelaki (GWL)
"Dokling seperti layanan jemput bola dengan target kita yaitu populasi kunci. Dokling memberikan pelayanan pemeriksaan yang sebagian besar penyakitnya berkaitan dengan HIV dan IMS," ujar Prisyana, Koordinator Tim One Stop Service HIV Puskesmas Kecamatan Setiabudi, Jumat (22/1).
Menurut Prisyana, tim terdiri dari satu dokter, satu perawat, satu analis lab, dan satu admin dibentuk untuk memberikan pelayanan di hotspot yang terdapat populasi kunci. Beberapa hotspot yang ada di Setiabudi yakni di Pasar Rumput, Pasar Festival dan Pasar Manggis.
"Adanya dokling banyak klien (populasi kunci) yang mengakses layanan internal di Poli HIV atau yang dikenal dengan klinik ARSA puskesmas kecamatan," ucapnya.
Dengan program ini, lanjut Prisyana, ada peningkatan deteksi lebih dini untuk warga yang terjangkit penyakit tersebut. "Yang tadinya HIV-nya ditemukan di stadium 3-4, sekarang kita temukan di stadium 1 dan 2. Permintaan dokling juga semakin meningkat," katanya.
Melalui dokling, baik populasi kunci maupun orang terdiagnosis HIV atau IMS merasa tidak terstigma, sehingga membuat mereka nyaman untuk mengakses layanan ke Puskesmas.
"Sejauh ini orang yang terkena HIV akan lebih cenderung menutup diri, karena mereka merasa terstigma. Sejak adanya dokling, stigma dari masyarakat menurun," tandasnya.