Jumat, 27 November 2015 Reporter: Budhi Firmansyah Surapati Editor: Lopi Kasim 3953
(Foto: Istimewa)
Penanganan penyebaran HIV/AIDS yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dinilai mampu menekan jumlah penderita. Dari perkiraan United Nation (UN)-AIDS, seharusnya pengidap HIV di Jakarta pada 2015 mencapai 85.460 kasus, nyatanya, hingga November tercatat 3.702 kasus.
Berdasarkan data Komite Penanggulangan AIDS Provinsi (KPAP) DKI Jakarta, dari seluruh jumlah penderita HIV, sekitar 8.019 di antaranya yang meningkat menjadi AIDS. Sedangkan jumlah populasi kunci yang potensi tinggi terjangkit hasil pemetan 2014 mencapai 141.633.
Dengan rincian, wanita pekerja seks langsung (WPSL) 4.193 orang, wanita pekerja seks tidak langsung (WPSL) 7.669 orang, 4.465 lelaki seks lelaki (LSL), 1.206 waria, 122.096 lelaki beresiko tinggi (LBT). Sedangkan pengguna jarum suntik (penasun) mencapai 2.004 orang.
Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi (KPAP) DKI Jakarta, Rohana Manggala mengatakan, rendahnya pengidap HIV di DKI Jakarta dari perkiraan UN-AIDS karena upaya intervensi yang sudah dilakukan. Bersama Pemprov DKI Jakarta dan sejumlah LSM, pihaknya gencar melakukan kampanye dan penanganan HIV/AIDS di Jakarta.
"Bahkan Jakarta Barat itu jadi model dalam penanganan ODHA (orang dengan HIV/AIDS
). SUFA (Strategic Use Of ARV) atau pemberian obat ARV pada ODHA di Jakarta Barat dianggap berhasil," ujarnya, Jumat (27/11).Dikatakan Rohana, keberhasilan SUFA di Jakarta Barat, akibat pola kebijakan desentralisasi ARV dari rumah sakit ke puskesmas. Selain itu, penjangkauan yang dilakukan oleh KPAP pun turut mendorong pasien mau datang ke puskesmas.
"Kalau di rumah sakit kadang ODHA kesulitan waktu dan ongkos transportasi yang harus dikeluarkan. Nantinya, pola ini akan kita dorong keempat kota lain di Jakarta," tandasnya.