Jumat, 13 November 2015 Reporter: Budhi Firmansyah Surapati Editor: Widodo Bogiarto 2242
(Foto: Ilustrasi)
Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengembangkan sistem layanan Istemi (ST-elevation Myocardinal Infarction) untuk meminimalisir kematian saat terjadi serangan jantung. Hasilnya, pilot project yang dilaksanakan di Jakarta Barat dan Kepulauan Seribu, mampu menekan angka kematian hingga 40 persen.
Dari data yang dimiliki Dinas Kesehatan DKI Jakarta, selama kurun waktu 2008-2010, di wilayah Jakarta Barat dan Kepulauan Seribu, dengan jumlah penduduk mencapai 2,2 juta jiwa, setiap tahun sebanyak 5.026 warga mengalami serangan jantung. Dari jumlah tersebut, diperkirakan sebanyak diantaranya 1.675 jiwa meninggal dunia.
"Sebelum diterapkan, angka kematian akibat serangan jantung di wilayah Jakarta Barat mencapai 1.675 orang setiap tahunnya. Tahun ini menurun sekitar 40 persen," kata Koesmedi Priharto, Kepala Dinas Kesehatan DKI, Jumat (13/11).
Pola penangan Istemi yang dikembangkan ialah membangun jejaring antar puskesmas dengan sejumlah rumah sakit di Jakarta Barat. Setiap pasien yang dibawa ke pelayanan kesehatan masyarakat dengan diagnosa terkena serangan jantung akan langsung ditangani intensif. Hasil diagnosa pun langsung dikomunikasikan dengan dokter ahli di rumah sakit yang sudah dibangun jejaring.
Kemudian, bila dibutuhkan, pasien akan langsung dirujuk ke rumah sakit dimaksud. Dengan komunikasi yang sudah dilakukan perujuk dan merujuk, diharapkan penanganan pasien saat tiba di rumah sakit jauh lebih cepat.
"
Dengan keberhasilan ini, kita akan terapkan ke wilayah lain . Mulai dari Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan dan Jakarta Utara juga akan kita aplikasikan. Tenaga kesehatan pun secara periodik kita latih lakukan penanganan," papar Koesmedi.