Rabu, 30 September 2015 Reporter: Jhon Syah Putra Kaban Editor: Rio Sandiputra 3647
(Foto: Jhon Syah Putra Kaban)
Rencana konversi bahan bakar angkutan umum ke gas masih menemui kendala. Kurangnya Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) menjadi salah satu faktor.
"Solusi
cepatnya memang harus menggunakan Mobile Refueling Unit (MRU). Tapi saat ini baru ada di Lapangan Banteng dan Terminal Grogol saja," ujar Elisabeth Ratu Rante Allo, Kepala Bidang Pengelolaan Energi Listrik dan Migas, Dinas Perindustrian dan Energi DKI Jakarta, Rabu (30/9).Menurut Elisabeth, untuk menambah SPBG saat ini masih sangat sulit. Sebab lahan yang ada di Jakarta sudah sangat minim. "Kalau mau menambah SPBG kan mesti membebaskan lahan. Dan ada perizinan serta amdal," ucapnya.
Padahal, lanjut Elisabeth, bahan bakar gas sangat ramah lingkungan. Selain itu, harganya pun juga lebih murah. "Penggunaan gas sendiri selain ramah lingkungan juga lebih hemat. Hanya Rp 3.100 per liter setara premium. Kalau BBM saat ini Rp 8.700 per liter," katanya.
Penggunaan BBG saat ini sudah diatur dalam Perda Nomor 2 tahun 2005 tentang pengendalian pencemaran udara dan Pergub Nomor 141 tahun 2007 tentang penggunaan BBG untuk angkutan umum dan kendaraan operasional pemerintah daerah.