Kamis, 07 Agustus 2025 Reporter: Folmer Editor: Budhy Tristanto 172
(Foto: Folmer)
Perkembangan teknologi saat ini membuat berbagai aktivitas menjadi mudah, termasuk transaksi jual -beli. Orang tak perlu lagi repot bawa uang cash untuk berbelanja, cukup dengan perangkat mobile seperti HP proses transaksi bisa dilakukan.
"Saya lebih merasa nyaman saat transaksi usaha menggunakan QRIS,"
Transaksi digital pun kini menjadi pilihan untuk berbagai keperluan pembayaran yang aman dan efisien, baik bagi perorangan maupun bisnis.
Bahkan, di kota besar seperi Jakarta, aktivitas transaksi digital dengan berbagai platform sudah merambah ke pasar tradisional hingga warung-warung rumahan di pemukiman warga.
Guna mendorong mendorong literasi keuangan di kalangan pedagang pasar sekaligus mewujudkan Jakarta sebagai kota global. Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, pada 22 Juli 2025, meluncurkan Lomba Digitalisasi Pasar.
Ada sekitar 20 pasar tradisional yang tersebar di lima wilayah kota Jakarta terlibat dalam kegiatan ini. Salah satunya adalah Pasar Gondangdia di Menteng, Jakarta Pusat.
Untuk mengetahui bagaimana aktivitas transaksi digital di pasar ini berjalan, Kamis (7/8), Asisten Perekonomian dan Keuangan DKI Jakarta, Suharini Eliawati, didampingi Kepala Bapenda DKI Lusiana Herawati, Dirut Perumda Pasar Jaya Agus Himawan Widiyanto, Kepala OJK Jabodebek Edwin Nurhadi serta Kepala Divisi Perizinan dan Implementasi Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia (BI) Provinsi DKI Jakarta Hery Afrianto, melakukan kunjungan dan pemantauan.
Dari hasil pantauan dan kunjungan ini, diketahui sebagian besar pedagang pasar di pasar ini telah menerapkan metode transaksi melalui QRIS, selain menerima pambayaran kontan dari konsumen.
Mustahim (38) yang berdagang telor di pasar ini mengaku, sudah menggunakan pembayaran digital melalui aplikasi QRIS sejak setahun lalu.
Pria yang sudah membuka usaha di Pasar Gondangdia sejak 2016, menggunakan QRIS dari tiga perbankan yakni Bank Jakarta, BRI dan Mandiri.
Selain lebih aman, menurut Mustahim, transaksi digital juga membuat dirinya bisa mengetahui secara real time dana yang masuk ke rekeningnya saat lakukan transaksi.
"Saya lebih merasa nyaman saat transaksi usaha menggunakan QRIS," ucapnya.
Diungkapkan Mustahim, konsumen yang berbelanja di kiosnya masih dominan melakukan pembayaran tunai ketimbang secara digital. Prosentasenya, sekitar 80 persen melakukan transaksi tunai dan 20 persen non tunai menggunakan aplikasi QRIS.
"Nilai transaksi di toko saya sehari sekitar Rp 8 hingga 9 juta. Sekitar 20 persennya menggunakan transaksi QRIS," ungkapnya.
Asisten Perekonomian dan Keuangan DKI Jakarta, Suharini Eliawati menegaskan, Pemprov DKI terus mendorong kalangan perbankan untuk lebih masif memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya pembayaran secara non tunai.
'Salah satu tujuan lomba ini adalah mendorong literasi digital dan meningkatkan keamanan transaksi. Kami juag berharap,
warga kembali berbelanja ke pasar tradisional milik Perumda Pasar Jaya," jelasnya.Sementara, Kepala OJK Jabodebek Edwin Nurhadi memaparkan, ada lima perbankan yang ikut serta Lomba Digitalisasi Pasar Jakarta ini, yaitu BNI, BRI, Mandiri, BCA dan Bank Jakarta.
Dia menjabarkan, dalam lomba ini ada tiga kategori utama penilaian. Pertama. program literasi keuangan terbaik dan masif. Kedua, akses keuangan meliputi pemberian kredit, pembukaan rekening dan ketiga, implementasi laku pandai serta ketiga, implementasi digitalisasi keuangan di pasar yang terbaik.
"Ke depan, kami ingin mereplekasi pembayaran digitalisasi dapat diterapkan di 153 pasar tradisional yang dikelola Perumda Pasar Jaya," pungkasnya.