Kamis, 26 September 2024 Reporter: Budhi Firmansyah Surapati Editor: Budhy Tristanto 611
(Foto: Budhi Firmansyah Surapati)
Perpustakaan Jakarta dan Pusat Dokumen Sastra (PDS) H.B. Jassin bekerjasama dengan Institut Terjemahan dan Buku Malaysia (ITBM), Rabu (25/9), menggelar Seminar Internasional Naskah Nusantara dengan tema “Mengantarabangsakan Manuskrip Karya Nusantara”. Kegiatan yang dilaksanakan di Aula PDS HB Jassin, Taman Ismail Marzuki (TIM) ini diikuti 120 peserta.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Pusip) DKI Jakarta, Firmansyah mengatakan, seminar selain ini mengenalkan Manuskrip Nusantara juga jadi ajang tukar pandang dan mendalaminya.
"Kegiatan itu juga
sebagai upaya kita memastikan warisan Manuskrip Nusantara tetap terpelihara," katanya, melalui rilis yang diterima redaksi Berita Jakarta, Kamis (26/9).Menurut Firman, Manuskrip Nusantara merupakan warisan intelektual dan budaya yang memiliki nilai historis dan akademis yang sangat tinggi. Karena itu, Ia berharap seminar ini, dapat memperkaya pemahaman terhadap naskah-naskah Nusantara dari berbagai perspektif agar dapat diangkat dan dikaji dalam ranah internasional.
Dijelaskan Firman, seminar ini menghadirkan para pemateri dari unsur praktisi dan akademisi yang menjadi pakar dalam bidangnya, seperti Muhammad Haji Salleh (Sastrawan Malaysia), Andi Sukri Syamsuri (Wakil Rektor II, Universitas Muhammadiyah Makassar), Aditia Gunawan, (Ketua Kelompok Kerja Pengelolaan Naskah Nusantara, Perpustakaan Nasional RI) serta Noor Amin Ahmad (Pengerusi Lembaga Pengarah Institut Terjemahan dan Buku Malaysia) dan Munawar Holil (Ketua Umum Masyarakat Pemaskahan Nusantara).
Kemudian, Datuk Awang Azman Awang Pawi (Pengarah Pusat Kajian Kecemerlangan Melayu, Akademi Pengajian Melayu, Universiti Malaya), Andi Ima Kesuma (Guru Besar Sejarah Kebudayaan dan Kepariwisataan Universitas Negeri Makassar), Elis Suryani Nani Sumarlina (Akademisi Universitas Padjajaran Bandung) serta Undang Ahmad Darsa (Akademisi Universitas Padjajaran Bandung).
Secara teknis, jelas Firman, kegiatan ini dibagi menjadi beberapa bagian. Pada bagian pertama, seminar membahas tantangan dalam upaya pelestarian naskah kuno yang dalam kondisi rapuh. Upaya pelestarian dilakukan secara fisik dan melalui digitalisasi sebagai solusi jangka panjang.
Bagian kedua, membahas salah satu contoh naskah Nusantara yang menjembatani hubungan kekerabatan antar negara di Asia Tenggara, yaitu naskah Tuhfat al-Nafis. Lalu dalam sesi ini juga dibahas neberapa naskah sunda bernuansa ensiklopedis yang mengungkap seluk beluk dan berbagai keahlian dalam masa lampau.
Seminar ini ditutup dengan Forum Nusantara bertema "Dari Arsip ke Awan: Mengangkat Warisan Nusantara ke Persada Dunia”. Kegiatan dihadiri beberapa pakar seperti Andi Sukri Syamsuri, Aditia Gunawan dan Noor Amin bin Ahmad.
"Kita akan terus mengeksplorasi berbagai strategi, mulai dari digitalisasi, penerjemahan, pelestarian hingga promosi naskah-naskah Nusantara agar dikenal dan diakui lebih luas oleh masyarakat dunia,” tandasnya.