Jumat, 17 Mei 2024 Reporter: Aldi Geri Lumban Tobing Editor: Erikyanri Maulana 4410
(Foto: doc)
Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) DKI Jakarta memprediksi perekonomian Jakarta tumbuh meningkat dalam kisaran 4,80 persen hingga 5,60 persen (yoy) untuk keseluruhan tahun 2024, dari 4,96 persen pada tahun 2023.
Prospek ini juga didukung oleh penyaluran kredit yang tumbuh tinggi sebesar 13 sampai 15 persen. Dari sisi permintaan, konsumsi Rumah Tangga (RT) dan Investasi diperkirakan akan tetap menjadi penggerak perekonomian Jakarta pada tahun 2024.
Kepala Kantor Perwakilan BI DKI Jakarta, Arlyana Abubakar mengatakan, peningkatan konsumsi RT didukung kuatnya keyakinan konsumen, maraknya MICE dan Event, serta penyelenggaraan Pemilu (Pilpres, Pileg, dan Pilkada).
“Sedangkan investasi didukung berlanjutnya proyek-proyek strategis, khususnya yang bersifat multitahun,” ungkap Arlyana, Jumat (17/5).
Ia menyampaikan, dari sisi lapangan usaha, prospek pertumbuhan yang meningkat ditopang oleh Lapangan Usaha (LU) perdagangan, jasa keuangan, infokom dan industri pengolahan yang tumbuh meningkat.
Kendati demikian, sambungnya, beberapa risiko yang perlu diwaspadai sepanjang tahun 2024 antara lain, perlambatan ekonomi global, meluasnya ketegangan geopolitik serta suku bunga The Fed yang tertahan tinggi.
Arlyana menjelaskan, Jakarta perlu terus menjaga momentum pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang terkendali. Tantangan yang saat ini dihadapi utamanya bersumber dari global berupa tertahannya pertumbuhan ekonomi global, perluasan ketegangan geopolitik dan Kebijakan The FED yang mempertahankan kebijakan ketat FFR lebih lama (higher for longer).
“Dari sisi nasional, terdapat tantangan terkait anomali cuaca, tantangan struktural pertanian dan momen HBKN dan tahun politik,” katanya.
Ia menambahkan, dari sisi Jakarta, terdapat tantangan dan isu yakni, sebagai daerah nonprodusen, integrasi aglomerasi Jabodetabekpunjur, perpindahan IKN dan status DK Jakarta serta perubahan SBH 2022.
“Terlepas dari berbagai tantangan tersebut ekonomi Jakarta masih akan tumbuh tinggi pada kisaran 4,8 sampai 5,6 persen dan inflasi terkendali dalam sasaran yang lebih rendah 2,5±1 persen pada 2024. Hal ini tidak lepas dari sinergi kebijakan BI dan Pemerintah Pusat-Daerah,” tandasnya.