Kamis, 14 Maret 2024 Reporter: Nurito Editor: Budhy Tristanto 8188
(Foto: Nurito)
Jika kita melancong ke Jalan H Soleh RT 02/07 Kelurahan Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta Timur, kita akan disuguhkan suasana kebhinekaan yang kuat. Keberagaman agama, etnis dan budaya sangat melebur di wilayah ini.
Salah satu bukti toleranasi dan bersatunya keberagaman di lokasi ini, bisa dilihat dari satu bangunan masjid yang terhampar di lahan seluas kurang lebih 793 meter persegi dengan luas bangunan 297,5 meter persegi.
Dengan arsitektur bergaya kelenteng yang didominasi warna merah dipandu dengan ornamen Gigi Balang khas Betawi pada lisplang, masjid yang diberi nama Tjia Kang Ho ini jadi potret akulturasi budaya Tionghoa, Islam dan Betawi.
Menurut Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Tjia Kang Ho, Muhammad Wildan Hakiki, nama masjid ini diambil dari nama kakeknya sebelum memeluk Islam dan mengganti nama menjadi H. Abdul Soleh.
"Sebelum mualaf, kakek bernama Tjia Kang Ho. Masjid ini dulunya rumah tinggal kakek. Setelah rapat keluarga, disepakati untuk dibangun masjid," tuturnya.
Dikatakan Wildan, agar tidak menghilangkan kultur warisan nenek moyangnya maka masjid dibangun menyerupai kelenteng, mengambil contoh Masjid Al-Imtizaj di Jalan Banceuy, Kota Bandung, Jawa Barat.
Kemudian Masjid Muhammad Cheng Hoo di Jalan Gading, No. 2, Ketabang, Kecamatan Genteng, Kota Surabaya, Jawa Timur, serta Masjid Tan Kok Liong di Cibinong, Jawa Barat.
"Pembangunan masjid ini digagas ayah saya, Budiyanto Tjia, untuk menyiarkan agama Islam di wilayah ini," ungkap Wildan.
Wildan menjelaskan, Masjid Tjia Kang Hoo ini memiliki lima bagian pagoda yang mencerminkan Rukun Islam, yakni Syahadat, Salat, Zakat, Puasa, dan Naik Haji bagi yang mampu.
Kemudian, bagian pagoda di atap induk terdiri tiga susun yang mencerminkan rukun atau kerangka dasar beragama yang benar sebagai jalan menuju Surga yaitu Iman, Islam, dan Ihsan.
Pagoda kecil dibangun dua susun memiliki arti untuk mencapai kebahagiaan dunia, akhirat yang perlu ditempuh hubungan dengan Allah dan sesama makhluk hidup, baik manusia maupun makhluk hidup lain.
Diungkapkan Wildan, masjid yang dibangun pada Oktober 2022 lalu, saat ini masih proses finishing dengan memasang conblock di samping dan depan halaman masjid, pembuatan taman, pengaspalan akses jalan menuju masjid dan pembuatan kantor DKM di belakang masjid.
Meski belum 100 persen selesai, kata Wildan, masjid ini sudah bisa digunakan untuk menunaikan salat fardu dan tarawih pada bulan Ramadan ini.
Menurutnya, jika pembangunan sudah rapih seluruhnya maka akan disusun agenda rutin kegiatan syiar Islam di masjid tersebut."Karena belum seluruhnya rampung 100 persen, jadi belum bisa digunakan untuk kegiatan syiar Islam lainnya," ungkapnya.