Sabtu, 07 Oktober 2023 Reporter: Folmer Editor: Erikyanri Maulana 6339
(Foto: doc)
Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta mencatat 556 kasus kebakaran pada periode bulan Agustus hingga September 2023 atau selama berlangsungnya fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) Positif.
Kepala Dinas Gulkarmat DKI Jakarta, Satriadi Gunawan mengatakan, fenomena El Nino dan IOD Positif memicu peningkatan suhu ekstrem dan menyebabkan kekeringan di Indonesia.
Sementara berdasarkan pengamatan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG), fenomena El Nino dan IOD Positif mengakibatkan musim kemarau 2023 menjadi lebih kering.
"BMKG memprediksi kemarau ekstrem yang berlangsung sejak di bulan Agustus dan akan berakhir pada Oktober 2023," ujar Satriadi Gunawan dalam keterangan tertulis, Sabtu (7/10).
Ia menjelaskan, pihaknya mencatat telah terjadi 556 kasus kebakaran selama periode Agustus hingga September 2023.
Adapun rincian objek yang terbakar, yaitu bangunan perumahan sebanyak 131 kejadian, sampah 118 kejadian, tumbuhan 88 kejadian, bangunan umum dan perdagangan 71, instalasi luar gedung 69 kejadian, kendaraan 21 kejadian, lapak 9 kejadian, bangunan industri 5 kejadian, dan lainnya 39 kejadian.
Ia mengungkapkan, beberapa faktor dugaan penyebab terjadinya 556 kasus kebakaran pada musim kemarau ekstrem 2023 di antaranya listrik 225 kasus, membakar sampah 143 kasus, rokok 53 kasus, gas 32 kasus, dan lainnya 100 kasus.
"Penggunaan listrik masih menjadi faktor terbesar penyebab terjadinya kebakaran di DKI Jakarta. Namun, tren faktor membakar sampah dan rokok juga mengalami kenaikan dibandingkan periode sebelumnya disebabkan kegiatan pembakaran terus meningkat di musim kemarau ekstrem 2023," ungkapnya.
Selama periode bulan Juli 2023, lanjut Satriadi, mencatat 25 kasus kebakaran yang disebabkan membakar sampah dan meningkat menjadi 64 kejadian pada Agustus dan September naik menjadi 79 kasus.
Kenaikan jumlah kasus kebakaran yang disebabkan oleh kegiatan membakar sampah ataupun puntung rokok karena pada musim kemarau ekstrem, banyak material kering mudah terbakar seperti kertas, karton, plastik, dan material organik.
“Saat sampah dibakar, kertas dan karton cepat menghasilkan api yang besar, ditambah kondisi angin kencang yang berpotensi merambat ke permukiman penduduk," paparnya.
Menurut Satriadi, musim kemarau juga berdampak berkurangnya sumber air untuk proses pemadaman api di lokasi kebakaran.
"Oleh karena itu, Dinas Gulkarmat DKI Jakarta mengimbau masyarakat tidak membakar sampah di situasi kemarau ekstrem ini," pintanya.
Ia menambahkan, pihaknya juga telah membentuk Satuan Tugas (Satgas) Gulkarmat di tingkat kelurahan yang mengemban tugas melakukan pemberdayaan masyarakat dalam upaya pencegahan kebakaran.
"Partisipasi dan peran aktif masyarakat sangat dibutuhkan untuk bersama meningkatkan kesadaran mengenai tindakan pencegahan kebakaran. Apabila terjadi kebakaran, masyarakat segera melapor dengan menghubungi layanan Jakarta Siaga 112 yang dapat diakses 24 jam dan gratis atau mendatangi pos pemadam kebakaran terdekat," tandasnya.