Kamis, 20 Juli 2023 Reporter: Budhi Firmansyah Surapati Editor: Budhy Tristanto 4425
(Foto: doc)
Ketua Badan Kerja Sama Parlemen Dewan Perwakilan Daerah (BKSP DPD) RI, Sylviana Murni, menegaskan pentingnya pembangunan manusia untuk menerapkan program hilirisasi sektor pertanian.
Hal ini dipaparkan Senator dari Dapil DKI Jakarta, saat menjadi pembicara di Bimbingan Teknis dan Sosialisasi Program Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan Berbasis Korporasi (ProPaktani) Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Kamis (20/7).
Kegiatan yang digelar secara daring melalui aplikasi zoom meeting dan disiarkan live melalui chanel youtube ProPaktani itu, membahas topik hilirisasi sektor agro menuju transformasi ekonomi dari sumber daya alam (SDA) menjadi aneka produk pangan sehat dan bernilai tambah tinggi.
"Sesuai data sensus 2023, populasi total Indonesia mencapai 270,52 juta jiwa dan 70,72 persen di antaranya merupakan usia produktif. Ini merupakan anugerah yang patut disyukuri," kata Sylvi.
Menurut Sylvi, besarnya angka usia produktif merupakan aset luar biasa bagi bangsa apabila bisa dikelola dengan tepat. Sebaliknya, jika tidak dikelola dengan baik bisa jadi boomerang dan beban bagi negara.
Seperti halnya pengelolaan sektor pertanian, belakangan ini kurang dilirik sebagai profesi yang prospektif bagi generasi muda. Alhasil beberapa dekade belakangan ini perkembangan sektor manufaktur dan jasa menguat, sedangkan pertanian semakin terpinggirkan.
Dicontohkannya, berdasarkan data 2022 petani Indonesia mencapai 33,4 juta orang. Sayangnya, petani muda di Indonesia yang berusia 20-39 tahun hanya 8 persen atau setara dengan 2,7 juta orang saja. Karena itu, Sylvi menekankan pentingnya meningkatkan minat pertanian pada generasi muda.
"Partisipasi generasi muda yang lebih mudah menerima teknologi baru dan melakukan inovasi, saya yakini mampu mendongkrak hasil pertanian," ucap Sylvi.
Lalu, bagaimana cara meningkatkan pelibatan generasi muda di bidang pertanian? Menurut Sylvi, bisa dicapai dengan transformasi pendidikan vokasi pertanian, pembuatan program wirausaha muda pertanian dan melibatkan mahasiswa atau alumni atau pemuda tani dalam program Kementerian Pertanian.
Selanjutnya, menumbuhkan Kelompok Usaha Bersama (KUB) yang difokuskan pada sektor pertanian, membuat program pelatihan serta magang bagi petani muda dan mengoptimalkan penyuluh untuk mengembangkan serta mendorong minat petani muda.
Selain meningkatkan pelibatan generasi muda, Sylvi juga menegaskan perlunya strategi pengembangan dari hulu ke hilir. Selain menghadapi krisis iklim akibat pemanasan global, kondisi pertanian Indonesia saat ini juga dinilainya minim peningkatan ilmu dan akses yang belum merata.
Solusinya, Sylvi menyatakan pada bagian hulu perlu dilakukan budidaya dengan optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan sebagai sumber pangan keluarga bagi masyarakat perkotaan. Lalu dilakukan peningkatan produksi komoditas pangan lokal mulai dari holtikultura hingga ternak dengan memanfaatkan teknologi dan berbagai inovasi.
Kemudian, di bagian hilir dilakukan pengembangan teknologi pengolahan dengan melakukan pengembangan industri olahan pangan rumah tangga melalui fasilitasi kepada UKM yang terintegrasi hulu hingga hilir. Lalu dilakukan penggalian resep menu khas nusantara berbasis pangan lokal yang bisa menjadi alternatif panganan pokok masyarakat.
"Terakhir kampanye atau gerakan serta sosialisasi dan promosi untuk merubah pola konsumsi pangan masyarakat. Antara lain melalui iklan layanan masyarakat dan sosialisasi yang masif," tandasnya.